Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Nada Cinta dari Sang Koki

Nada Cinta dari Sang Koki
Hasrat kuliner, desain, dan olahraga, menjadi motivasi RESTAURATEUR muda ini. Wanita stylish ini adalah salah satu restaurateur baru di ibukota. Namun kecintaannya bergelut di dapur telah berlangsung sejak lama. Ia sempat menjalani kursus selama 900 jam di French Culinary Institue di Manhattan, New York. Mengapa masakan Prancis? “Teknik memasak Prancis menjadi dasar dari teknik memasak berbagai hidangan,” jelas wanita berusia awal 30-an ini. “Teknik ini sekaligus mengapresiasi segala macam bahan makanan, prosesnya slow cooking, dan tidak mengambil ‘jalan pintas’,” jelas pembaca buku memasak seperti Think Like A Chef karya Tom Kelekeo dan La Rousse. Pengalaman kerjanya di dapur cukup beragam. Mulai dari menangani bakery kecil, kitchen cookies, hingga bekerja bersama David Bouley, restaurateur ternama di Amerika, di resto miliknya di New York. Selepas tahun 2001, Maya hijrah ke Bali dan sempat menangani Hu’u Bar selama satu setengah tahun di awal pembukaannya, serta membuat ice cream company selama tiga tahun untuk katering hotel dan resto. Sekembalinya ke Jakarta, dia berkesempatan memegang dapur Y Grill, lalu di penghujung tahun 2011 membuka resto Otellobby di bilangan Kuningan, dan bertindak sebagai Head Chef sekaligus Co-Owner. Salah satu nilai plus adalah kecintaannya terhadap bahanbahan lokal. “Selama di Bali, saya mengamati bahwa banyak expatriate di sana yang mendukung petani atau nelayan lokal untuk memproduksi bahan makanan lebih baik,” jelasnya. “Upaya mendekatkan diri dengan supplier lokal ini dilakukan dengan pelatihan sesuai ilmu pertanian atau menambahkan bibit khusus,” tambahnya. Untuk restonya di Jakarta, Maya memilih sumber dari lahan pertanian di Puncak dan Sukabumi atau nelayan lokal dari Jakarta hing ga Papua. Baginya, ikatan kuat dengan supplier merupakan komunikasi terbaik guna mendapatkan bahan makanan terbaik untuk resto. “Jika kita senang memasak, otomatis kita juga senang menjamu orang,” papar Maya. “Maka itu, desain dan suasana ruangan memainkan peran penting agar orang yang dijamu menikmati makanan mereka,” sambungnya. Berangkat dari gagasan ini, wanita penyuka desain tersebu t memperhatikan fenomena bahwa banyak sosialita maupun pencinta kuliner di Los Angeles, Tokyo, hingga New York senang hangout di lobi hotel mewah. Inspirasi desain itu menjadi gaya desain dari Otellobby yang memasukkan elemen maskulin dengan sentuhan feminin. “Di berbagai kawasan di Jakarta, resto berdesain menarik dan hip untuk hang out tumbuh subur. Pencinta kuliner sangat siap mencoba segala sesuatu yang baru serta pengetahuan mereka semakin luas,” jelasnya beropini fenomena dunia kuliner ibukota. Wanita pengagum restaurateur Danny Meyer asal New York, hingga koki sekelas Julia Child, Jamie Olivier, dan Thomas Keller ini tetap meluangkan waktu untuk diving, outdoor running, serta yoga. “Kesemuanya solusi ringkas meredam stres, menambah semangat dan menambah kekuatan untuk aktivitas sehari-hari,” kata Maya. Pencinta label Calvin Klein dan Oscar Lawalata ini memiliki senjata rahasia yang tak pernah lepas darinya: Japanese knife 35 cm sebagai peralatan masak andalannya. (Teks: Oleh Muhammad Aziz, Fotografi oleh Saeffie Adjie)