Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Kisah Kekerasan yang Dialami Paris Hilton Semasa Remaja

“Mulai dari saya bangun pagi hingga kembali tidur, ia terus berteriak kepada saya, dan terus menyiksa saya.”

Kisah Kekerasan yang Dialami Paris Hilton Semasa Remaja

Film dokumenter terbaru Paris Hilton, This Is Paris akan hadir pada 14 September mendatang pada kanal YouTube milik Paris, membagikan pengalamannya menjadi korban kekerasan saat ia remaja.

Dalam dokumenter tersebut, sosialita dan pebisnis 39 tahun ini mengungkapkan kekerasan yang ia alami di Provo Canyon School, Utah, sebuah asrama tempatnya mengenyam pendidikan pada akhir 1990an.

“Saya menyimpan kebenaran ini terlalu lama,” ungkap Paris kepada salah satu media. “Namun, saya bangga telah menjadi perempuan yang kuat seperti saat ini. Banyak orang beranggapan bahwa saya mendapatkan semua hal dengan mudah tetapi saya ingin menunjukkan kepada dunia siapa diri saya sesungguhnya.”

Paris mengungkapkan bahwa sebelum ia meninggalkan asram, ia sempat tinggal di Waldorf Astoria Hotel dengan orang tuanya, dan kerap melanggar aturan orang tuanya.

“Mudah sekali untuk keluar diam-diam dan pergi ke klub malam secara pesat,” ungkap Paris. “Orang tua sangat ketat sehingga membuat saya ingin memberontak. Mereka akan menghukum saya dengan mengambil handphone saya, kartu kredit saya, namun tidak berhasil. Saya akan tetap pergi keluar sendiri.” Untuk itu, kedua orang tuanya mengirimkannya ke Provo School selama 11 bulan.

Sesampainya di asrama tersebut, Paris mengatakan bahwa ia mempunyai firasat yang tidak baik dari tempat tersebut. “Saya tahu bahwa ini akan menjadi tempat yang paling buruk dari tempat-tempat lain,” ungkapnya. “Tempat ini seharusnya menjadi sekolah, tetapi banyak kelas yang tidak fokus. Mulai dari bangun pagi hingga kembali tidur, mereka berteriak di depan wajah saya sepanjang hari dan terus menyiksa saya.”

Ia melanjutkan, “Pegawai di sana akan mengatakan hal-hal yang buruk. Mereka selalu membuat saya merasa buruk terhadap diri saya dan terus merundung saya. Saya rasa tujuan mereka adalah membuat kami hancur. Mereka kerap melakukan kekerasan fisik, memukul dan menyiksa kami. Mereka ingin menanamkan rasa takut kepada anak-anak sehingga mereka takut untuk melanggar.”

Beberapa teman kelas Paris dikabarkan akan terlibat dalam film dokumenter ini dan membagikan cerita serupa tentang bagaimana mereka dipaksa mengonsumsi obat-obatan dan dikekang. Pihak Provo School belum memberikan respon terkait pernyataan Paris.

Dalam cuplikan film ini, Paris mengatakan bahwa ia kerap mengalami mimpi buruk terkait pengalamannya.



(Penulis: Hilary Weaver; Alih Bahasa: Vanessa Masli; Disadur dari BAZAAR US; Foto & Video: Courtesy of BAZAAR US).