Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Geliat Perkembangan Modest Wear di Indonesia

Gaya berbusana yang sopan dan serba tertutup tengah meliputi dunia fashion secara global. Seperti apa perkembangannya di Indonesia?

Geliat Perkembangan Modest Wear di Indonesia
Etu

Belakangan ini, istilah 'modest wear' seolah tengah naik daun dan terus mendulang popularitas. Wajah-wajah baru sebagai desainer maupun label modest wear bermunculan laksana jamur di musim hujan. Bahkan sejumlah desainer dan label internasional pun kini turut merambah dunia modest wear.

Begitu pesatnya perkembangan pasar modest wear seolah memberikan peluang baru bagi para pelaku bisnis fashion. Namun satu pertanyaan yang menarik adalah, mengapa fenomena ini justru baru muncul dalam satu dekade terakhir?

Menilik sejarah perkembangan mode, sesungguhnya modest wear bukanlah barang baru di dunia fashion. Manusia, baik laki-laki maupun perempuan, telah menganut pakem busana modest sejak berabad-abad lamanya, dan hal ini tidak terbatas pada golongan agama tertentu saja.

Kendati konsep modesty lebih banyak dikaitkan pada penganut agama Islam, namun sebetulnya konsep ini juga diterapkan oleh pemeluk agama lainnya seperti Kristen, Yahudi, Buddha, dan Hindu. Pokok gagasan dari penampilan bergaya modest dijadikan sebagai seperangkat kode etik dalam berbusana yang dilandasi dan disesuaikan dengan ajaran dan kepercayaan agama tersebut.

Penting untuk dipahami bahwa definisi modest fashion adalah cara berpakaian yang sopan dan tidak provokatif, demi menghindari dijadikannya sang pemakai sebagai objek perhatian seksual. Ciri khas utama dari pakem modest wear adalah busana yang menutupi sebagian besar bagian tubuh, dengan potongan yang mengaburkan siluet dan lekuk tubuh, terutama bagi kaum perempuan.

Konsep modesty ini dapat dikatakan terlahir dari adanya konstruksi sosial yang mengatur bagaimana seseorang harus berpakaian agar dapat 'diterima' dalam suatu komunitas. Seiring dengan perkembangan jaman, mengenakan pakaian berpakem modest pun tak hanya menjadi suatu kewajiban maupun kebutuhan spiritual saja, namun telah berevolusi menjadi sebuah pilihan gaya hidup—atau lebih tepatnya pilihan dalam berpenampilan sehari-hari.

Tumbuhnya minat dan permintaan pasar akan modest fashion mendorong munculnya desainer-desainer maupun sejumlah label yang membawa bendera modest wear. Pergerakan ini berawal dari negara-negara yang didominasi oleh kaum Muslim, seperti Turki, Pakistan, India, Saudi Arabia, Mesir, dan tak terkecuali Indonesia.

Dan kini, semakin banyak desainer berskala internasional hingga perusahaan ritel raksasa turut merambah pasar modest fashion ini. Mulai dari Uniqlo, Mango, DKNY, Donna Karan, Dolce & Gabbana, hingga Oscar de la Renta. Kendati mereka hanya melansirkan sebatas koleksi kapsul (untuk Ramadhan), namun gerakan ini membuktikan bahwa besarnya pasar peminat modest wear terbilang potensial dan sangat menjanjikan.

Di Indonesia sendiri telah banyak melahirkan desainer dan label yang memang secara khusus berdedikasi pada industri modest wear selama kurang lebih satu windu terakhir. Sebut saja Norma Hauri, ETU, Jenahara, NurZahra, Vivi Zubedi, Kami Idea, Ria Miranda, dan masih banyak lagi.

Setiap tahunnya nama-nama dan bakat-bakat baru terus bermunculan menawarkan koleksi modest wear untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Maka tak heran apabila Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan jumlah desainer dan label modest wear terbanyak, serta dengan jumlah konsumen terbesar pula.

Kehadiran desainer maupun label modest wear ini tak hanya menyuguhkan lebih banyak opsi bagi setiap individu yang memilih untuk berpenampilan modest saja, namun juga memberikan kesempatan untuk dapat menerapkan selera dan gaya personal mereka tanpa mengesampingkan pakem modesty yang dianutnya.

Dengan pesatnya perkembangan industri modest fashion di Tanah Air, rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa industri ini dapat menjadi kekuatan Indonesia untuk unjuk gigi di ranah global ke depannya.

(Foto: IMAXTREE.COM, dok. Bazaar)