Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Buku-Buku Pengantar yang Perlu Anda Baca Sebelum Berlibur

Desainer, influencer, dan para pendiri perusahaan menawarkan buku-buku rekomendasi yang bercerita tentang destinasi negara mereka.

Buku-Buku Pengantar yang Perlu Anda Baca Sebelum Berlibur

Bagi sebagian besar orang, membaca buku tentang negara atau destinasi yang akan dikunjungi merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperdalam pengetahuan mereka. Buku mampu memberikan gambaran tentang kota dan daerah sekitarnya secara lebih baik dibandingkan dengan apa yang dijabarkan melalui panduan wisata. Tak hanya itu, cerita yang disajikan dalam buku dapat memberikan kenangan dan kisah yang mampu menggugah pikiran pembacanya.

Kami meminta bantuan dari pada desainer fashion, penulis, dan wanita karir mancanegara yang paham benar tentang daerah-daerah lokal mereka untuk memberikan rekomendasi tentang buku-buku apa saja yang perlu Anda baca sebelum berkunjung ke daerah asal atau tempat kesukaan mereka. 


Athena: Eurydice Street: A Place in Athens - Sofka Zinovieff 


Christina Martini merupakan co-founder dan desainer dari Ancient Greek Sandals. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Yunani. Menurutnya, buku Euridice Steet menceritakan tentang Yunani dan pengalaman orang asing yang pindah ke Athena dengan sangat jenaka dan realistis. 

"Buku ini mengisahkan tentang seorang ibu yang memiliki dua anak. Ia pindah ke Athena untuk tinggal bersama suaminya yang berdarah Yunani. Perjalanan dan penemuannya akan gaya hidup orang Yunani serta kota Athena sendiri dijabarkan di sini," katanya.

Ia menambahkan, "Saya juga membaca buku Circe karya Madeline Miller saat itu dan saya sangat menikmati ceritanya. Sebenarnya tidak secara langsung membicarakan tentang Athena, namun buku ini lebih menjabarkan soal mitos yang sangat relevan dengan Yunani. Dan ini menginspirasi saya dalam membuat desain untuk Ancient Greek Sandals.“


Kopenhagen: Murder in the Dark - Dan Turell


"Dan Turell menggambarkan suasana kota Kopenhagen di era 1970-an sampai 1990-an. Ia memberikan pandangan netral tentang ibu kota Denmark yang telah banyak mengalami gentrifikasi ketika ia menyusuri jalanan dan lorong-lorongnya. Sangat berbeda dengan tempat yang saya ingat dari kenangan masa kecil saya,“ ujar Julie Brøgger. Ia adalah desainer brand Skandinavia, Brøgger. Julie dilahirkan dan besar di Kopenhagen. 


Florence: Cronaca di Poveri Amanti - Vasco Pratolini


Tidak hanya dilahirkan di Florence, Lucia Caponi juga tinggal di kota tersebut dan menjadikannya sebagai tempat berdirinya rumah mode miliknya yang terkenal, Loretta Caponi.

"Cronava di Poveri Amanti (A Tale of Two Poor Lovers) mengambil setting tempat di daerah kecil di Florence, menumbuhkan citra tentang sebuah kota yang kini nyaris tenggelam karena adanya peningkatan pariwisata. Akan tetapi kota ini masih memiliki bagian yang menyimpan kualitas dan nilai lokal di mata orang-orang yang cerdas," tutur Lucia.

"Buku ini menggambarkan kota di mana saya tumbuh besar, kota Florence yang otentik serta dipenuhi oleh istana dan monumen kuno yang sungguh mengagumkan. Bukan hanya itu, terdapat pula sudut-sudut kecil di kota yang nyaman untuk disinggahi serta toko-toko artisanal dan workshop yang masih menjunjung tinggi tradisi. Florence adalah kota tempat orang-orang yang menyenangkan berada dengan humornya yang selalu menjadi ciri khas orang Florentine sejati,“ tambahnya. 


New York: Going Into Town - Roz Chasti


Jessie Loeffler Randall adalah pimpinan sekaligus creative director dari label alas kaki Loeffler Randall. Ia sudah tinggal di New York selama lebih dari 20 tahun. Jessie berbagi tentang buku Going Into Town karangan Roz Chasti dan mengungkapkan bahwa ia adalah penggemar sang penulis. "Saya suka dengan bukunya tentang kota New York yang satu ini. Ia memulainya sebagai sebuah booklet untuk anak perempuannya yang pindah ke New York setelah lulus kuliah. Buku ini diisi dengan informasi praktis tentang bagaimana kota New York berdiri serta observasi yang menarik tentang kehidupan di dalamnya," ucapnya. 


Bali: Eat Pray Love - Elizabeth Gilbert


Kalita Al Swaidi, desainer sekaligus creative director, membagi waktunya di London dan Bali tempat labelnya yakni Kalita berada. Ia menjelaskan mengapa Eat Pray Love menjadi buku kesukaannya.

"Eat Pray Love adalah judul buku yang pertama muncul di benak saya saat memikirkan tentang Bali. Saya senang dengan novel karangan Elizabeth Gilbert tersebut sebab ceritanya menerangkan tentang kebebasan, kepercayaan diri, dan kemandirian serta penuh dengan harapan dan peluang. Hal-hal tersebut bukan hanya apa yang saya alami sendiri saat berada di Bali dan melakukan apa yang saya sukai, tetapi juga menjadi nilai yang saya tuangkan di label saya sebagai pengingat ketika mendesain dan membuat koleksi baru. Ketika saya mendesain, saya terinspirasi oleh perempuan Kalita yang kuat, berani, serta penuh harapan dan memiliki kesempatan. Sama seperti Elizabeth dalam buku memoarnya,“ jelas Kalita. 


Tiongkok: Country Driving - Peter Hessler


"Salah satu hal yang menyenangkan saat berkunjung ke Shanghai adalah mencoba makanan khas Tiongkok. Menu-menu yang tak terduga dan istimewa dapat mengejutkan lidah orang-orang yang baru mengenal masakan di sini. Oleh karena itu, buku Shark‘s Fin and Sichuan Pepper: A Sweet-Sour Memoir of Eating in China karangan Fuschia Dunlop wajib dibaca oleh mereka yang datang ke Shanghai untuk pertama kalinya. Lalu bagi Anda yang ingin mengenal lebih dalam tentang sejarah dan masyarakat Tiongkok, buku karangan Peter Hessler yang berjudul River Town and Country Driving juga penting untuk dibaca. Tulisannya yang cerdas dan lucu dengan observasinya yang mendalam menjadi fenomena di negara ini ketika dipublikasikan untuk pertama kalinya," demikian jelas Wendy Yu. Pendiri Yu Holdings tersebut lahir di Shanghai dan kini dikenal sebagai pebisnis yang paling berpengaruh di Tiongkok. 


Los Angeles: Los Angeles - Serge Ramelli


"Menelusuri lokasi-lokasi terbaik di Los Angeles dalam waktu satu minggu rasanya sulit untuk dilakukan. Maka dari itu saya merekomendasikan Anda untuk membaca buku Los Angeles karya Serge Ramelli sebelum berkunjung ke sini. Serge mengabadikan seluruh destinasi wisata yang wajib dikunjungi di kota ini dalam kumpulan foto suasana malam," terang Anine Bing, pendiri dan Chief Creative Officer Anine Bing. Labelnya berbasis di Los Angeles, kota yang telah menjadi inspirasi baginya dalam menciptakan desain. 


Napoli: My Brilliant Friend - Elena Ferrante


Penulis, stylist, dan influencer Anna Vitiello memiliki darah keturunan setengah Italia. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan berlibur bersama keluarganya yang tinggal di Napoli. Menurutnya, novel serial Neapolitan karangan Elena Ferrante yang berjudul My Brilliant Friend mampu menggambarkan Napoli secara nyata.

"Meski dulu saya menghabiskan musim panas bersama kakek, nenek, serta saudara-saudara saya di pinggiran kota Napoli, tidak ada buku yang mampu memikat hati saya sebagaimana novel serial Neapolitan karya Elena Ferrante. Napoli adalah tempat yang menarik, bahkan memiliki sejarah yang gelap. Akan tetapi kota ini memiliki tradisi yang masih tetap terjaga dengan suasana dan karakter yang tidak dimiliki oleh kota lain. 

"Ferrante menuliskan tentang suka dan duka yang dialami oleh orang-orang Napoli ketika tumbuh besar saat itu (saya telah membuktikan faktanya bersama ayah saya dan bisa membenarkannya meski kelihatannya tidak mungkin terjadi). Novel ini juga menggambarkan keistimewaan kota Napoli secara sempurna. 

"Saya sering diberi tahu bahwa banyak sekali tujuan yang bisa masuk ke agenda wisata namun orang-orang tidak berani mengunjunginya. Lalu apa tanggapan saya? Cobalah sedikit Margherita dengan harga 3 Euro. Anda bisa menemukan Margherita terbaik di sini. Kemudian cobalah untuk berjalan menyusuri Lungomare dan katakan pada saya bila Anda masih merasa khawatir," terangnya. 


Barcelona: The Cathedral of the Sea - Ildefonso Falcones


"The Cathedral of the Sea adalah novel yang menarik sekaligus menegangkan, bercerita tentang Barcelona di abad pertengahan. Sebuah kisah tentang pengkhianatan, perang, kemiskinan, penyakit, kematian, cinta, dan kerja keras. Drama kehidupan serta emosi dan pengalaman disampaikan dengan penuh misteri dan intrik,“ kata Berta Cabestany, seorang desainer fashion yang tinggal di Barcelona. Warisan kota Catalan yang ada padanya ia gunakan sebagai inspirasi dalam menciptakan karyanya.

Ia melanjutkan, "Saat Anda membacanya mulai dari bagian pertama hingga akhir, Anda bisa memahaminya melalui sudut pandang rakyat jelata, seorang baron, para bangsawan, para tuna susila, pahlawan, penyihir, biarawan, penegak hukum, dan raja.“


London: Groovy Bob: The Life and Times of Robert Fraser - Harriet Vyner 


"Groovy Bob: The Life and Times of Robert Fraser adalah sebuah buku biografi yang luar biasa tentang kehidupan sang pemilik galeri di London. Robert adalah nyawa baru bagi dunia senin di ibu kota Inggris tersebut. Saat itu, ada banyak galeri yang berdiri, baik generasi kedua maupun ketiganya. Lalu seorang anak bernama Robert Fraser datang, membuka galeri di Mount Street dan berinteraksi dengan seniman-seniman yang namanya belum dikenal orang namun sebenarnya mereka bertalenta. 

"Saat itu terdapat generasi seniman-seniman baru seperti Peter Blake yang diperkenalkan oleh Robert kepada The Beatles dan kemudian mendorongnya untuk berkolaborasi membuat sampul album Sargent Pepper. Banyak sekali peluang semacam ini. Robert lah yang memperkenalkan seniman-seniman hebat. Ia adalah satu dari sekian banyak orang yang Anda harus kagumi karena selera dan ketertarikannya, termasuk fakta bahwa ia telah melakukan banyak hal." Demikian diungkapkan oleh Paul Smith yang tinggal di London sejak tahun 60-an di mana kantor pusatnya berada. 


Taipei: Night Market: An Anthology


Desainer Grace Han melansir label tas mewahnya dari apartemen kecilnya di Taipei, Taiwan. Di situlah ia lahir dan dibesarkan. Ia menceritakan soal buku Night Market: An Anthology.

"Setiap kali saya mendengar ada yang berkunjung ke Taipei untuk pertama kalinya, saya selalu merekomendasikan mereka untuk mendatangi pasar malam demi merasakan pengalaman unik di Taiwan. Night Market: An Anthology menyuguhkan banyak cerita baik dari orang lokal maupun para ekspatriat secara sangat nyata, sehingga saya dapat merasakan bagaimana suasananya, termasuk suara dan aroma yang ada di sana,“ kata Grace.

"Tradisi makan bersama menjadi bagian dari kebudayaan Taiwan. Alih-alih bertemu di bar, orang-orang lokal akan berkumpul untuk mencicipi street food. Buku ini sebenarnya tidak hanya membicarakan tentang makanan. Bagi orang yang mencari cerita pengantar tentang Taiwan, buku ini memberikan wawasan tentang kebudayaan kami yang menarik,“ lanjutnya.


India: Pik-nik - Arko Datto


"Buku Pik-nik karangan Arko Datto benar-benar merangkum nuansa kehidupan modern di India. Buku-buku foto kontemporer yang fokus pada India cenderung memberikan gambaran tentang India secara tradisional dengan sinar matahari tropisnya. Fokus yang ditunjukkan dalam buku ini adalah India selama musim dingin, mengungkapkan bagaimana rentannya keadaan kala itu dan bagaimana masyarakat mengenang kembali masa lalu India dengan senang meski mereka juga menyimpan perasaan yang sensitif," ungkap Supriya Lele. Wanita yang berprofesi sebagai desainer tersebut lahir dari keturunan Inggris dan India. Karyanya mengeksplorasi tentang budaya Inggris dan Asia serta tata busana Anglo-India. 


Paris: The Ladies' Paradise - Émile Zola


Sophie Hersan adalah co-founder dari Vestiaire Collective yang bergerak di bidang jasa penjualan barang preloved dan berbasis di Paris. Ia telah tinggal di sana selama lebih dari 20 tahun. Sophie pun mengungkapkan kecintaannya pada buku The Ladies' Paradise karya Émile Zola.

"Saya suka buku ini. The Ladies' Paradise menyajikan pemahaman yang mendalam tentang awal mula department store di Prancis. Semua diceritakan dengan sangat detail dan memaparkan bagaimana kehadirannya mengubah budaya berbelanja para konsumen. Tak hanya itu, ceritanya juga merangkum tentang kontroversi perubahan tradisi dan kejamnya Paris di tahun 1880-an serta mengangkat topik-topik yang masih relevan hingga saat ini. Buku ini tergolong klasik, kami mempelajarinya di sekolah dan menggali ilmu tentang sejarah kota Paris dari sini," tuturnya. 


Athena: Walking in Athens - Constantine Cavafy


"Melalui buku ini, Constantine Cavafy mendeskripsikan Athena di tahun 1901 ketika ia mengunjungi kota ini untuk pertama kalinya. Bukunya ditulis dalam bentuk sebuah catatan yang dapat memikat hati para pembacanya mengingat Constantine adalah seorang penyair yang mengagumkan. Setiap kali membacanya, saya selalu merasa bernostalgia dan seakan terbawa ke masa lalu. Buku ini wajib Anda baca sebelum berkunjung ke Yunani, terutama Athena,“ jelas Mary Katrantzou. Desainer fashion tersebut lahir dan tumbuh besar di Yunani sebelum melakukan studi ke Amerika. 


(Penulis: Ella Alexander; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto: Courtesy of Bazaar UK)