Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Apa Perbedaan Antara Fashion Blogger dan Influencer?

Bazaar menjabarkan perbedaan antara kedua profesi yang tengah ramai diperbincangkan ini.

Apa Perbedaan Antara Fashion Blogger dan Influencer?

Sebutan blogger dan influencer sudah pasti akrab di telinga Anda. Industri fashion tidak lagi hanya diwarnai oleh sosok editor majalah dan surat kabar – front row peragaan busana sekarang juga dimeriahkan oleh kehadiran stylist, selebriti, dan juga wajah-wajah pendatang baru seperti fashion blogger dan influencer.

Walaupun dunia maya memiliki informasi tak terbatas, tidak banyak yang menguraikan secara jelas perbedaan antara masing-masing peran di industri mode beserta definisi jelasnya. Seperti yang mungkin pernah Anda baca di sejumlah berita, kedatangan pemain baru seperti blogger dan influencer di lapangan fashion telah melahirkan ketegangan tersendiri di industri tersebut.

Walaupun terdengar membingungkan dan memang banyak peran yang menjadi tumpang tindih, Bazaar akan mencoba memaparkan perbedaan di antara keduanya:

Blogger

Cara termudah untuk menggambarkan seorang blogger adalah lewat situs mereka. Sebagian besar blogger memiliki content berbasis foto seperti milik Tommy Ton atau The Sartorialist. Ada pula yang menggabungkannya dengan tulisan feature, seperti Susannah Lau dengan blog-nya Style Bubble, atau Chiara Ferragni dengan blog berjudul The Blonde Salad.

Ketika istilah blogger pertama kali muncul pada satu dekade lalu, momen ini menjadi sebuah tonggak sejarah akan lahirnya demokrasi dalam fashion. Fashion blogger dicintai karena memiliki sudut pandang berbeda, cita rasa fashion personal, dan cara unik dalam menyajikan serta mendokumentasikan mode – baik secara visual maupun tulisan.

Blogger yang sukses di lapangan telah menciptakan caranya sendiri untuk menghasilkan uang dari blog mereka, baik dalam bentuk iklan, kampanye, dan proyek brand. Beberapa blogger juga dikenal sebagai influencer karena keberhasilan blog mereka (contohnya Ferragni, yang namanya telah menjadi merek sepatu lansiran sendiri).

Masa depan blogging masih tidak pasti – beberapa blogger seperti Pernille Teisbaek menutup situsnya dikarenakan traffic yang menurun setiap tahun, dan juga diduga diakibatkan oleh naiknya pamor Instagram.




Influencer

Influencer biasanya tidak memiliki blog atau platform di luar media sosial. Boleh jadi, sebelumnya mereka dikenal sebagai 'It girls' – mereka dibayar untuk menghadiri peragaan busana, pesta makan malam desainer dan after-party. Saat ini, nilai seorang influencer dilihat dari jumlah followers yang mereka miliki dan seberapa penting followers mereka.

Jika insight Instagram menunjukkan bahwa pengikut mereka setia mengikuti akun sang influencer, dan berusia antara 25 dan 35 tahun, akan lebih mudah bagi influencer untuk menghasilkan uang.

Sebuah brand membayar para influencer untuk mengiklankan busana mereka dengan cara mengunggahnya di sosial media. Biasanya merek tersebut berani membayar antara $2500 sampai $5500 per post, namun influencer yang memiliki jutaan followers bisa memasang harga lebih dari $30,000.

Post yang disponsor harus secara legal ditandai di caption (biasanya mereka menggunakan #ad, #promo atau #sponsored).

Influencer yang dinilai sukses saat ini antara lain adalah Camille Charriere, Caroline Vreeland, Olivia Palermo, dan Harley Viera Newton. Baik blogger maupun influencer – jika mereka sangat tenar – akan menjadi sebuah household name, dan dapat meluncurkan koleksi fashion dan aksesori dengan nama mereka sendiri (Palermo, Ferragni, dan Viera Newton sebagai contohnya).





Editor

Peran seorang editor lebih mudah didefinisikan. Tugas seorang fashion editor adalah menyampaikan visi industri mode sesuai dengan sudut pandang dan standar majalah tempat ia bekerja.

Mereka dapat mengatur pemotretan dengan model, atau menulis artikel tentang tren serta tokoh yang membentuk industri fashio itu sendiri, baik desainer, fotografer, selebriti, atau sosialita.

Secara historis, editor ternama biasanya duduk di barisan depan berbagai peragaan busana – menandai pentingnya peran mereka di industri ini. Namun sekarang mereka harus berbagi kursi dengan influencer dan blogger.

Seorang fashion editor biasanya terikat pada satu publikasi tertentu yang mereka bekerja secara eksklusif, atau menjadi freelancer dan berkontribusi untuk berbagai majalah, surat kabar, atau situs yang berbeda.





(Artikel disadur dari Harper's Bazaar UK. Alih bahasa: Sonia Garcia. Foto: XXX/Shutterstock.com, dok. Bazaar)