Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

15 Fakta Menarik Proenza Schouler

Tak terasa telah lebih dari satu dekade Jack McColough dan Lazaro Hernandez mendesain untuk rumah mode Proenza Schouler.

15 Fakta Menarik Proenza Schouler

Tak terasa telah lebih dari satu dekade Jack McColough dan Lazaro Hernandez senantiasa berinovasi tanpa batas untuk mengisi skenario mode di New York dengan perpaduan arsty chic dan crafting eksklusif.

Rumornya, kedua dalang di balik label ternama ini telah menghabiskan lima puluh satu minggu bersama dalam satu tahun. Ketika tidak sedang berada di kota untuk mengerjakan segala hal tentang Proenza Schouler, maka mereka mencari ketenangan di peternakan mereka yang berlokasi di Berkshires.

Bazaar berbincang dengan mereka tentang berbagai hal, mulai dari seni kontemporer hingga kemungkinan merilis koleksi menswear


Mengenai hari-hari kuliah di Parsons:
“Belum pernah ada yang diperbolehkan membuat thesis berdua. Kami harus mendapat ijin khusus.” – Jack

Mengenai Barneys yang membeli koleksi thesis mereka:
“Kami memiliki akun AOL dan mendapat sebuah email dari wakil presiden Barneys. Kami berpikir, ‘Bagaimana bisa kalian memproduksi pakaian-pakaian ini?’ Kami mengantarnya dengan taksi.” – Lazaro

Saat mengambil nama untuk label mereka:
“Diambil dari nama gadis kedua ibu kami. Proenza dan Schouler.”

Mengenai estetika inovasi mereka:
“Saat kami berada di Parsons, banyak sekali yang telah memulai label mereka sendiri. Semuanya begitu terobsesi dengan dekonstruksi. Untuk menjadi berbeda dari yang lain, kami rasa harus menciptakan sesuatu yang justru lebih terkonstruksi; seperti anak punk yang membuat couture – hal yang sangat berlawanan.” – Lazaro

Mengenai ketertarikan mereka terhadap craft:
“Apalagi yang lebih mewah daripada sesuatu yang dibuat oleh tangan? Apalagi yang lebih mewah daripada waktu? Tak ada lagi yang memilikinya sekarang.” – Jack

Mengenai PS1:
“Tas pertama yang kami desain – sang PS1. Kami tak pernah memiliki sebuah rencana, semuanya seperti berjalan begitu saja. Namun hasilnya benar-benar membantu kami untuk mendapat dana dari perusahaan, untuk membuka sebuah gerai.”

Mereka mencintai seni kontemporer dan arsitekstur:
Sterling Ruby, Gerhard Richter, David Adjaye, dan Helen Frankenthaler telah menginspirasi mereka.

Mengenai bekerja bersama:
“Dalam beberapa koleksi tertentu, kami bagaikan kutub utara dan kutub selatan; tidak berada di satu pemikiran yang sama. Dan koleksi-koleksi tersebutlah yang paling sukses. Jika saya ingin membuat putih dan ia ingin membuat hitam, maka kami akan membuat abu-abu.” – Jack

Perbedaan kreatif mereka, yang utama dan terutama:
“Kami tidak melihat warna dengan cara yang sama.” – Lazaro

Mereka menyukai perpaduan antara fotografi mode yang klasik dan nuansa grunge ala ’90-an, serta musik rock tahun ’70-an: Kurt Cobain, Pearl Jam, The Grateful Dead, Mazzy Star, Irving Penn dan Richard Avedon.

Bagian paling menyenangkan dari pekerjaan mereka:
“Ketika Anda melihat seseorang yang sama sekali tak Anda kenal sedang berjalan-jalan mengenakan jaket atau tas buatan Anda sendiri; itu adalah hal yang paling menyenangkan bagi kami.” – Lazaro

Mereka tahu siapa yang berbelanja di butik mereka:
“Tiap hari kami mendapat laporan penjualan di email kami, berupa daftar nama serta apa yang mereka beli. Saya melihat nama salah satu teman kami, lalu saya mengiriminya email yang berkata, ‘Oh, saya melihat Anda di butik hari ini,’” kata Lazaro sembari tertawa. “Bagaimana Anda menyukai t-shirt-nya?”

Mengenai masa depan label mereka:
“Terpetik ide untuk menswear – hal itu merupakan wacana kami, serta lini parfum.” – Lazaro

Mengenai membuat orang lain kesal:
“Selalu menyenangkan untuk membuat orang-orang tertentu kesal. Itu merupakan keahlian tambahan yang kami pelajari dari Parsons. Guru-guru kami membenci kami. Kami dahulu adalah murid terburuk. Kami selalu bertengkar dengan guru-guru kami. Semangat tersebut masih bersama kami hingga hari ini. Buatlah kesal orang-orang, tak apa. Siapa yang peduli? Anda harus melakukan apa yang membuat Anda merasa nyaman.” – Lazaro


 
(Kristen Bateman untuk Harper’s Bazaar. Alih bahasa: Ninette Marasuchi. Foto: Andrea Adriani/Imaxtree.com)