Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Bagaimana Masa Depan Influencer?

Mari kita telusuri tren influencer yang kian berkembang. Apakah influencer masih relevan di masa depan atau akan hadir peran baru lainnya?

Bagaimana Masa Depan Influencer?

Maraknya pengguna media sosial, nyatanya menghasilkan sebuah peradaban baru. Tidak sedikit dari publik, terutama kalangan muda yang menghabiskan waktu terbaiknya justru di depan layar ponsel. Namun bagi sebagian persona, bergesernya kebiasaan itu bisa menjadi ancaman sekaligus peluang. Tentu menjadi ancaman untuk mereka yang masih enggan menyesuaikan diri kepada zaman. Sementara bagi mereka yang “melek" dan mau mengakomodir inovasi sesuai konteks sekarang bisa menjadi peluang yang menguntungkan.

Contoh paling nyata adalah ketika banyaknya gerai di pusat perbelanjaan yang harus ditutup dan tidak sedikit pula yang beralih ke bisnis online. Sementara di lain sisi, bidang profesi menjanjikan yang dihasilkan lewat media sosial pun kian berkembang. Bahkan kini merebak dari posisi yang jarang kita bayangkan. Ya, kita menjumpainya dengan sebutan influencer. Alias sosok berpengaruh di jagad media sosial dengan jumlah follower melimpah dan diklaim mampu memengaruhi orang lain.

Kebutuhan sebuah brand untuk terhubung dengan konsumen dan mengenalkan produk terbarunya melalui platform media baru, dirasa akan terus penting dalam perkembangannya. Sehingga platform media sosial di masa depan, diyakini masih dapat mengakomodasi kebutuhan kreativitas, dan berperan untuk menjalankan kampanye pemasaran digital.

Hal ini pun diperkuat dengan pernyataan dari tim Louis Vuitton di Indonesia. “Dari sudut pandang saya, masa depan influencer masih menjanjikan, setidaknya untuk 5 tahun ke depan yang sejalan dengan dunia yang berubah ke gaya hidup digital. Tetapi peran influencer juga harus gesit dengan perubahan dan memiliki karakter yang kuat, citra kepribadian yang baik, dan konten sosial yang kreatif,” jelas Eunike Santosa, Communications Manager Louis Vuitton Indonesia



Tentunya profesi influencer ini memiliki tarif yang menjanjikan. Mereka memiliki tarif untuk posting-an berbayar di setiap kanal media sosialnya, dan ada juga tarif untuk menghadiri suatu acara. Bahkan ada yang sampai menyentuh puluhan juta dalam setiap publikasi. Tentu saja tarif yang ditentukan berdasarkan seberapa terkenal dan berpengaruhnya influencer tersebut. Kendati industri fashion yang terus merebak, namun tantangan lain pun muncul. Akan sampai kapan tren seperti ini berlangsung? Apakah influencer masih relevan di masa depan?

Sebagai pionir Fashion Blogger yang kini namanya disebut-sebut menjadi salah satu influencer berpengaruh di Indonesia, Olivia Lazuardy, justru melihat peran influencer ke depannya akan lebih tersortir dengan pembagian kategori yang lebih spesifik. “Saya rasa industri ini akan terus tumbuh, bukan hanya di ranah fashion dan beauty saja, tetapi di masa depan, sosok influencer ini akan bermunculan dengan kategori-kategori baru. Seperti yang saat ini sedang tren, yaitu mom-fluencer, health-fluencer, dan lain sebagainya.”



Selain itu, Olivia juga mengutarakan harapannya, “Semoga para pengguna media sosial bisa lebih bijak dan bertanggung jawab, sekaligus mampu memberikan dampak yang baik atas setiap unggahan, dan pembuatan konten berkualitas, inovatif, serta dilandasi kepentingan bermakna. Jadi audience bisa terus relate dengan influencer yang kredibel di masa yang akan datang.”

Kendati memberikan celah positif, menjadi seorang influencer juga perlu memperhatikan beberapa hal. “Soal privasi tentunya akan terganggu, menghadapi 'serbuan' penggemar maupun yang tidak suka dengan kita, dan itu sudah menjadi bagian dari konsekuensi. Mau tak mau, titel sebagai influencer membawa pengaruh pada keseharian. Apalagi karena kehidupan saya diunggah ke publik,” lanjut Olivia.



Sementara itu, ada pula tren yang kini terus berkembang. Dalam beberapa waktu terakhir, bermunculan influencer virtual yakni sosok virtual yang dibuat dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan teknologi canggih lain sehingga terlihat nyata. Kepopuleran influencer virtual ini terus menanjak, terutama di Instagram. Ada beragam jenis influencer virtual, mulai dari yang sosoknya kartunis, hingga yang sulit dibedakan dengan manusia nyata.

Lihat saja sederet akun influencer virtual terkemuka, seperti @lilmiquela yang memiliki 2,1 juta pengikut.



Kemudian boneka Bratz @noonoouri dengan pengikut 356.000, dan yang begitu nyata menyerupai manusia, yaitu @shudu dengan 200.000 pengikut.



Bahkan Harper’s Bazaar Arabia di bulan November 2019 lalu, menggandeng sejumlah influencer virtual untuk melakukan pemotretan fashion mengenakan desain busana eksklusif persembahan Dior, Lavie By CK, hingga Iris Van Herpen. 



Salah satunya adalah sosok virtual @imma.gram yang tampak nyata dengan pengikut 175.000 mengenakan koleksi dari Maison Valentino untuk pemotretan Harper's Bazaar Arabia.



Fenomena ini menjadi sebuah tren yang mencuri perhatian, terutama jika kita membicarakan maknanya untuk masa depan pemasaran digital. Mungkin ke depannya akan lebih banyak produk atau brand yang dapat memanfaatkannya. Walau begitu, saat ini memang masih ada keterbatasan dalam penggunaan karakter virtual. Menciptakan model 3D yang realistis masih terbilang mahal, bahkan mungkin lebih mahal daripada memakai jasa influencer manusia.




(Foto: Courtesy of Instagram @olivialazuardy @lilmiquela @shudu @harpersbazaararabia @imma.gram)