Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Gua Hira Menjadi Sumber Inspirasi Arkiv untuk Ikea

Seniman Indonesia, Arkiv Vilmansa menjadi satu dari delapan seniman yang dipilih Ikea untuk proyek Ikea Art Collection.

Gua Hira Menjadi Sumber Inspirasi Arkiv untuk Ikea

Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia, khususnya ranah seni rupa kontemporer kita saat nama Arkiv Vilmansa tahun lalu muncul menjadi satu dari delapan seniman di dunia, yang dipilih oleh Ikea untuk mengembangkan proyek Ikea Art Event Collection.

Pada bulan April ini, Ikea meluncurkan delapan figurin dari seniman yang dipilih dari seluruh dunia. Koleksi ini secara khusus menggabungkan tradisi seni kaca tradisional asal Swedia dengan bentuk seni kontemporer seperti mainan, street art, dan manga.


Menurut Henrik Most, Creative Leader Ikea, proyek ini membantu mengangkat kaca, sebuah material dengan nilai tradisi dan sejarah yang panjang, ke dalam ranah seni rupa kontemporer. “Juga melihat seni kaca dengan pandangan yang lebih segar, dan melihat kaca dapat diolah seperti apa,” jelasnya dalam catatan di situs resmi Ikea.

Kedelapan seniman yang diundang langsung untuk turut serta pada Art Event 2018 adalah: seniman dan desainer mainan Joe Ledbetter (Los Angeles), seniman dan desainer mainan Arkiv Vilmansa (Indonesia), ilustrator dan desainer mainan Michael Lau (Hong Kong), seniman Nathan Jurevicius (Kanada),

seniman manga Junko Mizuno (Jepang), duo pematung Coarse (Jerman), ilustrator James Jarvis (Inggris), dan seniman kaca Ludvig Löfgren (Swedia).

Dari kedelapan seniman di atas, Ludvig adalah satu-satunya seniman yang berpengalaman mengerjakan karya dari material kaca. Sementara bagi seniman lainnya, proyek ini tentunya memberikan tantangan yang berbeda dari apa yang sering mereka kerjakan sebelumnya.


Dalam wawancara kami dengan Arkiv Vilmansa sebelum peluncuran produk ini secara resmi di Ikea seluruh dunia pada akhir Maret kemarin, Arkiv mengekspresikan kebangaannya dan menceritakan referensi di balik desainnya yang menawan.

Harper’s Bazaar (HB): Saat pertama kali dihubungi oleh Ikea, apakah Anda perlu melewati seleksi tertentu?

Arkiv Vilmansa (AV): Tidak ada tahapan seleksi, saya langsung dipilih untuk mewakili region Asia. Ada yang berasal dari Amerika dan Eropa juga.


HB: Apa ada kriteria khusus dari Ikea untuk karya yang dibuat?

AV: Ikea memberikan kebebasan bagi setiap desainernya, selama kita mengikuti proses produksi. Karena bahan art glass ini berbeda dengan yang pernah saya lakukan, yaitu menggunakan vinyl.

Untuk kaca, produksi hanya dilakukan satu kali dan harus langsung jadi. Setelah itu barulah dilakukan finishing dengan cara disemprot.


HB: Kesulitan apa saja yang dihadapi saat produksi?

AV: Banyak. Ruang kerja sangat terbatas, proses produksi harus sekali jadi, tidak boleh dibagi ke dalam beberapa bagian. Jika saya memproduksi mainan, biasanya bagian seperti tangan, kaki, badan, dan kepala diproduksi terpisah. 

Namun di sisi lain, saya mendapatkan pengalaman yang menarik secara production wise dengan Ikea. Keterampilan para pembuat art glass ini benar-benar terlatih.



HB: Apa yang menginspirasi desain Anda?

AV: Saya terinspirasi dari kepercayaan saya: bahwa kita sebagai manusia akan kembali menjadi tulang. Figur ini bernama Hira, yang berarti mimpi baik. Nama Hira saya ambil dari Gua Hira, tempat Nabi Rasulullah SAW mengurung diri saat hijrah, hingga turunnya wahyu pertama di sana.

Saya selalu ingin membuat sebuah figur yang merepresentasikan diri saya sebagai desainer mainan dan seorang pelukis, dan bagi saya, karya ini berhasil mencapai tujuan itu. 

Hira adalah visualisasi abstrak dari kehidupan yang telah kita jalani. Ia menyingkap imajinasi saya tentang karakter kartun yang terjerat di dalam perebutan kekuasaan untuk muncul ke ranah tertinggi. 


HB: Kesan Anda saat bekerjasama dengan Ikea?

AV: Sangat berkesan. Saya mempelajari banyak hal baru, mulai dari menjalankan sistem, bagaimana memperlakukan pasar, segi produksi, bagaimana mengatasi timeline dan ide.


Bagi Arkiv, kolaborasinya dengan Ikea ini merupakan impian yang menjadi kenyataan. Ia mengaku bahwa ketika menetap di Singapura selama empat tahun bersama sang istri, ia pernah ke Ikea dan bertanya ke istrinya: “Kapan ya aku bisa kolaborasi bersama brand besar seperti Ikea?”

Dan kini, Anda dapat menyaksikan bahkan membawa pulang hasil impian tersebut dengan harga hampir 800 ribu rupiah di Ikea atau melalui situs resmi mereka.


(Foto: Dok. Ikea, Courtesy of Arkiv Vilmansa)