Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Wanita di New Zealand Mengenakan Hijab Sebagai Penghormatan

“Ini adalah hal yang sederhana untuk saya lakukan tetapi saya dapat melihat bahwa ini sangat berarti bagi banyak orang.”

Wanita di New Zealand Mengenakan Hijab Sebagai Penghormatan

- Para wanita di New Zealanda mengenakan hijab untuk menunjukkan solidaritas dengan komunitas Muslim untuk satu minggu setelah 50 orang tewas dalam dua penembakan di masjid yang berlokasi di Christchurch.

- Gerakan “Headscarf for Harmony" dimulai oleh Thaya Ashman, seorang dokter di Auckland.

- Peserta mengunggah foto diri mereka sendiri mengenakan hijab di media sosial, dan beberapa dari mereka berbagi cerita dengan BAZAAR.com.


Para wanita di New Zealand mengenakan hijab pada hari Jumat untuk memberikan penghormatan kepada para korban penembakan tragis di dua masjid yang berlokasi di Christchurch minggu lalu. Gerakan ini merupakan tanda solidaritas dengan komunitas Muslim, yang telah menjadi sasaran serangan tersebut, terutama wanita Muslim yang mengenakan hijab, atau kerudung yang menutupi kepala dan rambut sebagai ekspresi identitas agama mereka.


Perdana Menteri New Zealand, Jacinda Ardern, dengan cepat mengumumkan larangan nasional terhadap serangan senjata bebas seminggu setelah tragedi yang menewaskan 50 orang dengan mengenakan jilbab ketika ia bergabung bersama penduduk Muslim lainnya untuk berdoa di Christchurch hari ini. Perempuan di seluruh negeri, dan di seluruh dunia, juga berpartisipasi dalam hal ini.



News anchor Samantha Hayes mengenakan kerudung hitam saat sedang siaran. Ia menulis di Instagram bahwa minggu ini, ia melihat seorang wanita dilecehkan di kereta karena mengenakan hijab setelah penembakan ini terjadi. "Saya mengenakan kerudung hari ini untuknya, dan untuk keluarga dan teman-teman mereka yang terbunuh di Christchurch seminggu yang lalu," tulisnya di unggahan.



Lebih banyak peserta dalam penghormatan ini yang berbagi foto tentang mereka sendiri, teman, dan keluarga di media sosial, dengan menggunakan hashtag #HeadscarvesForHarmony atau #HeadscarfForHarmony. Gerakan sosial ini dimulai oleh dokter Auckland Thaya Ashman, lapor Reuters. Ia memulai gerakan yang didukung oleh Dewan Wanita Islam dan Asosiasi Muslim New Zealand, "untuk menunjukkan dukungan kami, tetapi juga untuk mencerminkan kesedihan kami sebagai warga New Zealand," katanya kepada Newshub.


Di sini, beberapa wanita memberi tahu BAZAAR.com tentang keputusan mereka untuk mengambil bagian di gerakan ini.

Rebecca Dickson dari Christchurch, kota di mana serangan itu terjadi, mengatakan bahwa ia memutuskan untuk mengenakan hijab karena "komunitas Muslim kita pantas untuk mengetahui bahwa kita mencintai dan mendukung mereka. Tidak ada yang harus merasa takut atau malu untuk apa yang mereka kenakan atau siapa mereka sebenarnya.

Kotahitanga adalah sebuah kata dari bahada Māori yang berarti kesatuan dan persatuan, dan saya percaya kita semua dapat membantu mewujudkannya. Saya menjelaskannya kepada putri saya dan ia juga ingin mengenakan satu, salah satu anak di sekolahnya yang melakukannya. Bagi saya, ini adalah hal yang biasa untuk dilakukan tetapi saya bisa melihat hal ini sangat berarti bagi banyak orang.”



Larissa (Lala) McCarthy, seorang ibu dari 5 anak, dari Taupo, New Zealand:


"Saya memilih untuk mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas saya dengan para saudara juga saudari Muslim saya pada 22 Maret karena saya percaya dengan menjalani hidup melalui cinta dan kasih sayang. Saya percaya dalam mengajarkan anak-anak saya untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika terkadang sulit. Saya memilih untuk merasakan dan hanya melihat cinta. Saya merasa bangga namun rendah hati saat memakainya.”



Krystal Elizabeth Edwards dari Auckland City:


"Saya memilih untuk mengenakan hijab karena berbagai macam alasan, apa yang terjadi di negara kami minggu lalu membuat hati saya hancur. Saya ingin pergi ke seluruh dunia dan menunjukkan persatuan, cinta dan dukungan kepada komunitas Muslim. Kami semua satu ras: umat manusia. Kita akan berdiri bersama dalam cinta dan harmoni dan bangkit melawan kebencian.”



Lynia Brooking dari Te Araroa, New Zealand:


"Saya tidak hanya partisipasi dalam gerakan memakai hijab untuk menunjukkan dukungan dan cinta abadi saya untuk saudara-saudari Muslim kita, tetapi untuk menunjukkan, tidak peduli betapa berbedanya kita, jika kita bersatu SEBAGAI SATU ORANG dalam cinta dan dukungan, hal-hal menakjubkan bisa terjadi."



Jordan Reid dari Tauranga, New Zealand:


"Setelah seminggu bergabung dengan negara ini dalam berduka atas tragedi Jumat lalu, saya tidak memiliki kata-kata untuk mengartikulasikan kehancuran saya dan untuk menyatakan dukungan saya kepada Komunitas Muslim. Ketika saya menemukan hashtag #headscarvesforharmony, saya menyadari bahwa saya bisa menggunakan keahlian saya untuk menciptakan simbol persatuan dan dukungan untuk semua wanita New Zealand.”



Courtney Linwood dari Oamaru, New Zealand:


"Saya benar-benar percaya kita hidup di salah satu negara teraman di dunia; Anda mendengar hal-hal seperti ini terjadi di seluruh dunia tetapi saya tidak pernah berpikir itu akan terjadi di sini. Bersama dengan seluruh bangsa, hati saya hancur. Saya sangat bangga dengan curahan cinta, dukungan, dan belas kasih yang ditunjukkan kepada negara kami. Perdana Menteri kami telah menjadi inspirasi dan saya pikir semua pemimpin di seluruh dunia harus memperhatikannya.


"Saya memilih untuk mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan bagi semua wanita Muslim di negara kami yang terlalu takut untuk mengenakan hijab mereka di tempat umum karena rasa takut teridentifikasikan sebagai seorang Muslim. Saya tidak ingin mereka merasa takut. Ini adalah rumah mereka dan mereka adalah kita, hanya orang normal yang mencoba menjalani hidup mereka. Kita semua manusia dan semua layak diperlakukan setara. Saya memiliki pesan dari seluruh dunia yang berterima kasih kepada saya karena mengenakan hijab, memberi tahu saya betapa itu berarti bagi mereka. Saya tidak melihat apa-apa selain cinta dan dukungan dan itu menghangatkan hati saya. Saya tidak akan pernah melupakan hari itu, tetapi hal itu akan membuat kita lebih kuat sebagai satu bangsa. Cinta akan selalu menang.”



Sophie Nicole dari Auckland:


"Malam setelah teroris Christchurch menyerang pasangan saya dan saya pergi ke pantai, untuk mengingatkan diri kita sendiri mengapa kita hidup di New Zealand yang indah (juga keduanya imigran dari Inggris). Hari itu gelap dan satu-satunya cahaya adalah dari bulan. Kami melihat sebuah keluarga Muslim berjalan melewatinya dan saya berharap mereka memilih untuk berada di sana pada waktu itu dan bukan karena mereka merasa harus bersembunyi. Saya berharap dengan segala keberadaan saya bahwa mereka merasa aman dan disambut dengan hangat pada saat itu, mengetahui sepenuhnya bahwa sebenarnya tidak.


"Bagi saya, mengenakan hijab adalah cara untuk menunjukkan persatuan, solidaritas, toleransi dan kebaikan. Saya bangga berdiri di sisi laki-laki dan perempuan Muslim sebagai bagian dari satu ras, umat manusia, karena tidak seorang pun merasa takut menjadi diri mereka sendiri. Jika dengan saya mengenakan hijab membantu satu orang merasa kurang takut dan membantu mereka bebas mengekspresikan budaya mereka atau menjadi diri mereka sendiri, maka itu sangat berharga 1000 kali lipat.”



(Penulis: Erica Gonzales; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa: Danes Wara; Foto: Courtesy of Bazaar US)