Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Konspirasi Hollywood

Konspirasi Hollywood

Penghargaan Eddy Betty terhadap mendiang Elizabeth Taylor yang hadir pada detik terakhir. Oleh Dewi Utari.


Piawai mengolah kebaya adalah salah satu kekuatan Eddy Betty, hal tersebut dibuktikan sejak awal kariernya. Sebagai pelopor kebaya modern yang dijahit paralel dengan korsetnya, Eddy Betty disorot sebagai perancang haute couture berciri craftsmanship teliti. Berbekal kreasi ikonis, pria kelahiran Jambi, 41 tahun silam, kerap menarik hati pemerhati kebaya custom-made berkualitas. Sebagai bukti otentik bahwa kelihaian Eddy Betty tetap terjamin, maka pada bulan Desember ia kembali menampilkan implementasi artistiknya di sebuah ajang gubahan majalah Harper’s Bazaar Indonesia, yaitu Bazaar Fashion Celebration Langgam Tiga Hati.

Selaras dengan judul pentas, dipastikan bahwa sususan agenda acara bernuansa tradisional. Mulai dari biduan hingga dekorasi ruangan, semua diracik bergaris Indonesia dalam sentuhan masa kini. Di antara tiga desainer yang dirangkul Harper’s Bazaar Indonesia, Eddy Betty tampil dengan segenap karya kebaya mewah berkonsep menggelitik.

Aktris Hollywood fenomenal yaitu mendiang Elizabeth Taylor adalah inspirasi pokok Eddy Betty ketika menerangkan koleksi eksklusifnya. Tidak terlalu berlebihan dalam berandai-andai, Eddy Betty tetap melakukan kecanggihannya dalam meramu kebaya apik bersulam manik. Sadar di mana harus berhenti, uraian payet tersusun secara dinamis.

Dikawinkan dengan kain tenun Baron Manangsang sebagai pasangan kebaya ikonis, Eddy Betty menerapkan selera Hollywood dengan menggarap outerwear sebagai elemen tambahan berselera internasional. Sengaja membuat tampilan akhirnya berkesan Hollywood, Eddy Betty meramu outerwear berupa coat serta cape. Sentuhan glamor terdeteksi dari pilihan material outerwear berupa tweed maupun fur yang memberi tampilan mewah di atas panggung. Hal tersebut tentunya diiringi dengan kebaya istimewa yang terdiri dari material lace yang terjahit apik sesuai dengan siluet tubuh. Seluruhnya hadir beriringan dalam sapuan palet pastel bernuansa feminin seperti merah muda, biru muda, sampai putih gading.

Yakin bahwa kebaya ikonisnya tidak punya tanggal kadaluwarsa, Eddy Betty meramu garis rancang kebaya serba klasik, meskipun di antaranya terdapat manuver seputar garis jahit, mulai dari teknik layers, ruffles, pleats, bahkan aksentuasi train dilantik sebagai pemanis tampilan final. Turut meyakini bahwa kreasinya serasi untuk semua kalangan wanita, Eddy Betty menugaskan seorang model yang sedang dalam masa kehamilan, Jenny Chang, untuk berjalan secara memukau di atas pentas.

Jika berbicara tentang nama model, maka pada malam pergelaran yang berlokasi di Ritz Carlton Jakarta Pacific Place, terbukti dilakoni oleh sederet model tersohor Indonesia. Sebut di antaranya Luna Maya, Nadine Chandrawinata, Laura Basuki, hingga Paula Verhoeven, serempak melenggang elegan di atas panggung.

Tatanan rambut kreasi Herry Sudardja dan pulasan tata rias Adi Adrian, seakan melengkapi keindahan koleksi kebaya yang hadir di penghujung gelaran. Ibarat babak penentuan, rancangan Eddy Betty menjelaskan secara lantang kompetensi dirinya sebagai desainer kebaya berseri haute couture yang sering menjadi inspirasi, sehingga pada akhirnya penggemar setia busana berkualitas diuji kesabarannya untuk tetap menunggu kreasi kreatif Eddy Betty selanjutnya. ? (Foto: Insan Obi, Rinal Wiratama)