Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Aksi Sang aktor

Aksi Sang aktor

Bintang baru berbakat yang memainkan peran khusus sebagai spesialisasi aktor bela diri.

Kabar gembira datang lagi dari dunia perfilman Indonesia. Film The Raid (Serbuan Maut) berhasil memenangkan penghargaan di ajang Festival Film Internasional Toronto tahun lalu, yakni The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award.

Kebanggaan lain datang dari fakta bahwa distributor sekelas Sony Pictures langsung tertarik dan telah membeli hak peredaran film ini serta akan membuat remake versi Hollywood. Filmnya sendiri yang akan tayang di Indonesia tahun ini memiliki alur cerita simpel, yakni kisah pasukan elit yang melakukan penyerbuan ke markas kriminal untuk meringkus gembong narkoba. Namun satu keistimewaan film yang berhasil mendapatkan standing applause di Toronto ini adalah pameran keindahan koreografi pencak silat yang dibuat pemeran utamanya sekaligus mantan atlet pencak silat, Iko Uwais.

Nama Iko Uwais memang masih terbilang asing di telinga penikmat film Indonesia. Pria berusia 28 tahun ini memulai kariernya sebagai olahragawan, bergabung dengan klub sepakbola sejak usia 10 tahun kemudian menjadi atlet pencak silat dari tahun 2003 hingga 2008. Debut perdananya dimulai dari film Merantau di tahun 2009. Di film itu, Iko juga memerankan aksi bela diri yang mendapatkan sambutan positif. Untuk film The Raid, aktor yang terinspirasi oleh Steven Segal dan Jackie Chan ini harus berlatih keras dengan mengikuti pelatihan khusus di boot camp Kopaska di Tanjung Priok. “Pelatihan ini merupakan bagian proses pendalaman peran,” tutur Iko. “Saya harus menyelami proses indoktrinasi untuk karakter aparat tentara, dari cara berinteraksi dengan atasan, memahami aturan protokol, hingga mengetahui bagaimana memegang senjata mulai dari pistol laras panjang, pistol laras pendek, hingga pisau belati, ” tambahnya.

Tantangan terbesar sebagai aktor bela diri diakuinya terletak pada proses menyeimbangkan akting, ekspresi, dan gerak tubuh. “Saya harus mengikuti pergerakan kamera dan memantapkan kontrol diri dengan pemain lainnya, karena saya tidak menggunakan stuntman sama sekali dalam tiap film yang saya mainkan,” jelas Iko. Selain berakting, pria yang berlatih rutin bela diri selama 4 jam tiap hari ini juga merumuskan koreografi adegan bela diri untuk sebagian besar adegan dalam film The Raid. Inspirasinya datang dari aplikasi jurus silat, referensi film Jackie Chan, namun dibuat senyata mungkin hingga menjadi cerminan adegan laga dalam kehidupan nyata. Kesibukan mendatang Iko yakni mempersiapkan sekuel The Raid dan turut menangani koreografi film remake-nya.

“Selama kita yakin dengan apa yang bisa kita lakukan, bernilai positif, dan melakukannya sepenuh hati,” kata Iko tentang prinsip hidup yang mengantarnya hingga posisi sekarang. Sejak usia dini, Iko telah memantapkan pilihan pada dunia olahraga namun akhirnya beralih ke dunia film walau masih memil iki bena ng merah dengan spesialisasinya. “Keinginan saya cukup sederhana, yakni mengangkat pencak silat sebagai elemen budaya asli Indonesia yang mendapatkan penafsiran modern sehingga dapat diterima pencinta film internasional,” sambungnya. ? Oleh Muhammad Aziz. Fotografi oleh Timur Angin.