Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Semua Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Kontroversi Grammy

Mantan CEO Recording Academy yakni Deborah Dugan melayangkan gugatan tentang hal-hal mengejutkan yang terjadi di dalam instansinya.

Semua Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Kontroversi Grammy

Deborah Dugan, mantan CEO Recording Academy yang membawahi Grammy Awards, minggu ini mengajukan gugatan diskriminasi atas tindakan yang dilakukan oleh mantan pekerjanya beberapa hari sebelum perayaan tahunan tersebut digelar. Pelecehan seksual, diskriminasi gender, dan korupsi di Academy masuk ke daftar gugatannya yang terdiri dari 46 halaman. Hal ini menimbulkan keraguan dan mengurangi kepercayaan terhadap sistem penghargaan yang disebut-sebut sebagai penghargaan tertinggi di dunia musik.

Malam seremoni telah digelar dan tuduhan yang dilayangkan Deborah masih ramai dibicarakan (juga memunculkan tanda tanya). Kami mencoba untuk menelaah tentang kontroversi yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa kejutan besar yang diungkapkan oleh Deborah.


Mentalitas “Boy’s Club” di Academy

Dalam tuntutan hukumnya Deborah menyebut bahwa mentalitas “boys’s club” di jajaran eksekutif Recording Academy adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi proses pemilihan nominasi tahunan Grammy. Deborah bergabung dengan Academy pada bulan Agustus 2019 dan dikeluarkan pada 16 Januari 2020. Selama masa singkatnya sebagai CEO di sana, dengan sangat tegas ia ingin mengubah pandangan publik yang menilai bahwa Grammy adalah ajang penghargaan yang sudah ketinggalan zaman dan gagal untuk menunjukkan keragaman musisi.

Contoh nyata dari ketidakadilan gender dapat dilihat pada perhelatan Grammy tahun 2018. Alessia Cara menjadi satu-satunya wanita yang memenangkan penghargaan. Ia membawa pulang piala yang menobatkannya sebagai Best New Artist. Lorde sebagai satu-satunya penyanyi pop yang dinominasikan dalam kategori Album of the Year tidak diundang untuk mengisi acara di atas panggung malam itu. Kurangnya representasi wanita di Grammy ini lantas diangkat sebagai penelitian yang dilakukan oleh Annenberg Inclusion Initiative tahun 2018 yang menunjukkan bahwa hanya 9.3 persen nominasi Record of the Year, Song of the Year, Best New Artist, dan Producer of the Year di antara tahun 2013 dan 2018 adalah wanita.

Ketika ditanya tentang ketidakadilan yang terjadi bagi musisi perempuan, Neil Portnow selaku CEO Academy saat ini mengatakan bahwa musisi hawa seharusnya lebih berusaha lagi guna memenangkan Grammy. Pendapatnya tidak diterima dengan baik dan beberapa bulan kemudian Neil mundur dari jabatannya di tahun 2019.


Manipulasi Pemenang

Deborah juga mengeklaim bahwa artis-artis mengesankan seperti Beyoncé, Kanye West, Mariah Carey, dan Frank Ocean terabaikan pada tahun-tahun sebelumnya. Penghargaan-penghargaan besar cenderung dimenangkan oleh musisi rock, country, dan pop. Ia kemudian juga menerangkan bagaimana jalannya proses pemilihan di Grammy yang dipengaruhi dengan sengaja.

Sesuai dengan penjelasan Deborah, anggota Academy adalah pihak pertama yang akan memilih nama-nama artis mereka terima. Kemudian, 20 nama teratas akan diperiksa kembali oleh komite yang lebih kecil untuk mengerucutkan daftarnya menjadi lima hingga delapan nominasi di setiap kategorinya. Namun sesuai dengan keluhan yang disampaikan oleh Deborah, dewan pengurus memanfaatkan komite tersebut untuk mempromosikan artis-artis yang memiliki hubungan dengan mereka dan memanipulasi proses nominasi untuk memasukkan lagu-lagu yang diinginkan oleh Ken Ehrlich (produser Grammy) agar ditampilkan di panggung acara penghargaan. Bahkan, dewan pengurus ini menyerahkan nama nominasi yang sama sekali tidak ada di daftar 20 teratas. Hal ini terjadi pada 30 nominasi tahun ini.

Tina Tchen, mantan pimpinan staf untuk Michelle Obama sekaligus ketua Grammy Task Force in Diversity and Inclusion mengajukan proposal yang membahas tentang pendekatan inklusif yang dibutuhkan di Grammy Awards, salah satu anggota jdewannya mengatakan kepada Deborah sesuai dengan komplainnya, “Semua ini omong kosong,”

Deborah pernah melakukan wawancara di Good Morning America dan ditanya apakah publik sebaiknya melihat Grammy sebagai acara penghargaan palsu. Ia merespons, “Saya mengatakan bahwa sistemnya harus transparan dan ada konflik kepentingan yang telah memengaruhi hasilnya.”

Recording Academy menyangkal tuduhan tersebut dan mengeluarkan pernyataan yang berbunyi, “Tuduhan palsu yang menyebut bahwa anggota atau komite yang memanfaatkan proses pemilihan kami untuk memajukan musisi-musisi yang mereka kenal adalah hal yang keliru dan menyesatkan. Proses ini dilakukan secara ketat oleh pihak-pihak yang terkait dan tidak ada pengecualian.”


Tuduhan pelecehan seksual

Deborah menuding bahwa pengacara Academy yakni Joel Katz melakukan tindakan yang kurang pantas saat acara makan malam yang berkaitan dengan urusan pekerjaan. Joel membantahnya dan melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh pengacaranya ia berkata, “Tuduhan Deborah Dugan yang menyebut adanya pelecehan sesuai dengan deskripsinya di sebuah acara makan malam di restoran Laguna Niguel, Ritz Carlton, tidaklah benar. Joel Katz secara tegas membantah cerita Deborah tentang apa yang terjadi malam itu.”

“Dalam sebuah acara makan malam kerja, saya menerima tindakan amoral yang dilakukan oleh pengacara penasihat umum, seseorang dengan jabatan besar di industri ini,” demikian Deborah menjelaskannya dalam wawancaranya bersama Good Morning America. Ia juga menyebut, “Ia memulainya dengan memanggil saya ‘babe’ dan mengatakan betapa cantiknya saya saat itu. Kemudian ia hendak mencium saya dan membuat saya berpikir apakah saya tengah diuji… Saya merasa bahwa itu adalah langkah pengaturan kekuatan yang dilakukan saat saya bergabung dalam komitenya.”


Tuduhan pemerkosaan

Deborah menyebut bahwa mantan pimpinan Recording Academy yaitu Neil Portnow telah melakukan pemerkosaan terhadap musisi asing yang juga menjadi anggota Academy usai tampil di Carnegie Hall. Tidak disebutkan siapa nama wanita itu, tetapi pengacaranya menyampaikan gugatan yang mengatakan bahwa “psikiater telah mengonfirmasi adanya tindakan seksual yang terjadi di antara dirinya dan Neil Portnow tidak konsensual.”

Deborah mengatakan jika ia menemukan tuduhan pemerkosaan tersebut pada bulan Mei 2019 saat ia berada dalam sebuah pertemuan dengan jajaran direktur Grammy sebelum secara resmi memulai masa jabatannya. “Berita ini disampaikan kepada Deborah seakan jajaran pengurus itu baru saja mendapati tuduhannya,” ujar pengacaranya. “Pada kenyataannya, mereka sudah mengetahui kasus itu ketika Deborah setuju untuk menerima posisi CEO namun tidak pernah mengatakannya.”

Saat itu, keseluruhan pengurus masih belum diberi kabar soal pengajuan gugatan terhadap Neil meskipun mereka sudah bersiap memutuskan untuk memberi mantan CEO tersebut bonus atas apa yang telah ia lakukan selama masa kerjanya dulu. Deborah mengusulkan untuk melakukan voting setelah jajaran pengurus diinformasikan mengenai adanya tuduhan ini. Gugatan Deborah juga menyebut bahwa sebelumnya para dewan Academy memintanya untuk merekrut Neil sebagai konsultan dan memberinya honor sebesar 750.000 dolar Amerika, namun Deborah menolaknya.

Neil membantah keras tuduhan pemerkosaan tersebut dalam pernyataannya melalui Billboard pada hari Rabu. Ia mengatakan:

“Tuduhan pemerkosaan ini tidak masuk akal dan tidak benar. Pendapat yang menyebut tentang kejadian itu adalah suatu kebohongan publik. Keluhan tanpa dasar tentang tindakan saya sebagaimana disebut dalam gugatan EEOC telah menarik perhatian Board of Director’s Executive Committee. Investigasi mendalam oleh pengacara berpengalaman dan terpandang telah dilakukan dan saya benar-benar tidak bersalah. Gugatan ini tidak berdasar dan sekali lagi saya benar-benar menyangkalnya.”

Email Deborah yang ia tulis di bulan Desember 2019 kepada direksi pelaksana bagian human resources juga dilampirkan dalam gugatan hukumnya. Di situ ia menyebut “klaim pelecehan seksual yang dilayangkan terhadap Neil” bersama dengan gugatannya yang lain.


Deborah dipaksa untuk mundur

Dugaan Deborah menyebut bahwa dewan Academy membocorkan berita tentang kepergiannya kepada media dan mengklaim bahwa tindakan diakibatkan “kekhawatiran dewan pengawas Recording Academy termasuk gugatan formal dan pelanggaran oleh seorang anggota wanita dari tim Recording Academy.” Deborah menyangkal klaim tersebut sebagai “pernyataan yang salah dan fitnah.”

Menurut Deborah, pelanggaran itu ia alami dengan asisten eksekutif bernama Claudine Little dan dia bukanlah “anggota senior wanita” dari Academy. Selama mereka bekerja bersama, Deborah mengklaim bahwa ia dan anggota lainnya memiliki masalah dengan kepemimpinan Claudine, namun ia tidak memecatnya. Namun setelah Deborah melakukan presentasi di depan dewan pada bulan November lalu, Claudine mengirim surat permohonan kepada Academy yang berisi tentang tindakan bullying oleh Deborah. Ia menyanggah bila kekhawatiran Claudine adalah alasan ia mundur dari Academy.

Terlebih lagi, seorang dewan mempublikasikan “surat palsu terhadap tindakan kurang pantas dan pencemaran nama baik” oleh Deborah sebelum ia mengajukan tuntutan diskriminasi. Demikian dibahas dalam pengaduannya.

Ketika ditanya dalam wawancaranya bersama Good Morning America mengapa ia menunggu waktu untuk berbicara setelah keluar dari Recording Academy, Deborah menjawab, “Karena saya benar-benar ingin melakukan perubahan di dalam instansi. Saya pindah ke luar negeri, memiliki pekerjaan yang luar biasa, dan percaya bahwa Recording Academy seharusnya mewakili para musisinya.”


Perbedaan honor

Deborah mengklaim bahwa ia “dibayar jauh lebih rendah dibandingkan dengan kedua pendahulunya” sebagai CEO Recording Academy. Permohonannya untuk mendapatkan honor yang setara dengan Neil Portnow yang merupakan mantan CEO sebelumnya ditolak. Ia diberi tahu untuk “bahagia karena mendapatkan bayaran yang lebih dari pekerjaan sebelumnya” sebagai CEO (RED). Dewan sepertinya mengetahui honor Deborah sebelumnya karena data ini dibutuhkan untuk melihat secara publik gaji tingkat eksekutif.

Hingga saat ini masih belum jelas berapa honor yang diterima oleh Deborah selama ia menjabat di Grammy. Namun menurut data dari Internal Revenue Service yang dikutip dari The New York Times, Neil mendapatkan gaji sebesar 1.74 juta dolar Amerika di tahun 2016. Di tahun yang sama, honor Deborah sebagai CEO (RED) sebesar 537,000 dolar Amerika.

“Tindakan demikian tentu saja memperpanjang sejarah tentang perbedaan honor antar gender. Ini menjadi dasar bagi negara-negara bagian Amerika Serikat termasuk California untuk melarang pengusaha meminta informasi gaji yang pernah didapat oleh calon karyawannya,” demikian klaim Deborah. Perbedaan gaji ini juga menjadi salah satu keluhan Deborah yang mendukung adanya mentalitas “boys club” di Academy.

Selain perbedaan upah, Deborah juga menduga adanya tindakan penyalahgunaan finansial lainnya, termasuk klaim yang menyebut bahwa anggota dewan “menyetujui pengeluaran ratusan hingga ribuan dolar untuk diri mereka sendiri atas pekerjaan yang tidak perlu atau sudah dilakukan oleh vendor luar.”




(Penulis: Bianca Betancourt dan Erica Gonzales; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto: Courtesy of Bazaar US)