Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Berhenti Mengonsumsi Makanan Ini Demi Hidup Sehat

Saatnya Anda untuk melakukan perubahan diet yang lebih sehat di tahun yang baru.

Berhenti Mengonsumsi Makanan Ini Demi Hidup Sehat

Di setiap pergantian tahun, setiap orang pasti memiliki resolusi-resolusi baru. Salah satu yang tak luput dari daftar adalah diet dan hidup sehat. Kali ini, Bazaar mengajukan satu pertanyaan kepada enam orang ahli nutrisi, "Bisakah Anda hidup lebih sehat tahun ini cukup dengan menghilangkan satu makanan saja dari daftar diet Anda?“

Tanggapan yang diberikan oleh para ahli nutrisi tersebut cukup beragam dan menarik untuk disimak. Beberapa jawaban memang mungkin terkesan biasa saja, sementara lainnya memberikan pilihan yang mengejutkan dan lebih menekankan pada pentingnya untuk mengabaikan spekulasi negatif soal makanan.

Apakah Anda ingin tahu kira-kira makanan apa saja yang mereka sarankan untuk kita hindari? Berikut adalah jawabannya.

1. Daging olahan


Di tahun 2019, sebaiknya orang-orang mulai berhenti untuk mengonsumsi daging olahan. Menurut Rhian Stephenson, seorang ahli nutrisi sekaligus naturopati dan CEO Psycle London, daging olahan merupakan makanan yang paling merusak tubuh. Hal ini disebabkan karena daging olahan tergolong makanan yang bersifat karsinogenik (sama halnya dengan rokok dan asbestos) serta dapat menyebabkan resistensi antibiotik, masalah hormon, dan mengganggu kerja insulin. Dengan demikian, mengonsumsi daging olahan beresiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, dan peradangan.

Rhian menambahkan bahwa sebagian besar daging olahan diambil dari hewan yang dikembangbiakkan melalui industri peternakan. Artinya, sebelum dagingnya tersaji di atas meja makan Anda, hewan-hewan tersebut sudah diberi suntikan hormon, antibiotik, dan obat-obatan saat masih hidup. Ketika diolah menjadi makanan, daging akan diberi tambahan bahan-bahan kimia lainnya seperti natrium nitrat yang digunakan tak hanya sebagai bahan pengawet tetapi juga untuk menambah rasa dan warna. Zat tersebut akan berubah menjadi nitrosamin saat masuk ke dalam tubuh serta dapat menyebabkan kanker usus besar, kanker perut, dan kanker pankreas. Selain itu, terdapat zat-zat kimia lain yang akan timbul dari proses memasak dan pengasapannya yakni HCA atau hydroxycitric acid dan hidrokarbon aromatik polisiklik.

"Organisasi World Cancer Research Fund menyarankan untuk membatasi konsumsi daging merah dan berhenti menyantap daging olahan. Maka dari itu, tahun baru adalah momen yang sempurna bagi kita untuk memulai hidup sehat dan lebih memperhatikan sumber daging yang akan kita makan,“ jelas Rhian.



2. Gula Tambahan

Gula bisa menjadi salah satu dalang di balik berbagai masalah kesehatan. Pendapat ini dikemukakan oleh Dr. Marilyn Glenvile, seorang ahli nutrisi khusus kesehatan wanita dan penulis 14 buku best selling yang salah satunya adalah Natural Alternatives to Sugar. Ia mengatakan bahwa banyak wanita yang datang ke kliniknya mengeluhkan gejala seperti mudah marah, perilaku agresif, jantung berdebar, kurangnya gairah seks, menangis berlebihan, pusing, kecemasan, kebingungan, disorientasi, mudah lupa, kesulitan berkonsentrasi, mudah lelah, insomnia, sakit kepala, dan kram otot. Semua indikasi tersebut dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya gula darah, baik karena terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Keseimbangan gula darah juga berperan penting dalam mengurangi stres, sebab kadar gula darah yang menurun dapat memicu tubuh untuk semakin mengeluarkan hormon adrenalin.

Dr. Marylin menyatakan bahwa di tahun yang baru setiap orang sebaiknya mulai memikirkan untuk berhenti menggunakan gula tambahan, atau setidaknya menguranginya. Ia menyarankan untuk mulai mengambil langkah yang sekiranya akan memudahkan kita untuk berkomitmen mengurangi gula tambahan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah hindari makanan-makanan yang mengandung bahan tersebut seperti saus spageti, mayones, saus salad, kacang panggang, dan sup kaleng. Langkah selanjutnya adalah Anda sebaiknya berhenti menambahkan gula ke dalam minuman panas atau pun makanan lainnya. "Beberapa orang cenderung akan menaburkan gula ke dalam sereal sarapan pagi mereka. Padahal, sereal sudah mengandung banyak kadar gula. Dan jangan lupa untuk membaca label makanan, karena yogurt buah 'sehat‘ sebenarnya mengandung delapan sendok teh gula tambahan,“ ungkapnya.


3. Penggunaan garam yang berlebihan

"Garam memang memiliki peran dalam tubuh dan merupakan salah satu komponen penting pendukung diet. Sebagian besar orang mampu dengan mudah memenuhi kebutuhan garam, namun nyatanya tidak sedikit pula yang mengonsumsinya terlalu banyak," begitulah yang diungkapkan oleh Lily Soutter, ahli nutrisi dari London saat menanggapi penggunaan garam yang oleh orang-orang di Inggris. 


Lily menjelaskan bahwa asupan garam yang disarankan adalah enam gram per hari. Akan tetapi, rata-rata orang mengonsumsinya hingga delapan gram per hari. Perlu diketahui bahwa terlalu banyak garam dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang menempatkan kita dalam resiko penyakit jantung dan stroke. Sayangnya, agak sulit untuk melihat banyaknya takaran garam yang masuk ke dalam tubuh setiap hari sebab zat tersebut telah melebur ke dalam makanan-makanan yang kita santap. Dapat diperkirakan bahwa 75 persen asupan garam kita peroleh dari makanan sehari-hari seperti roti, sereal, dan makanan siap saji.


Menurut Lily, salah satu cara mudah dan cepat untuk memeriksa kadar garam adalah lewat label kemasan makanan. "Bila makanan mengandung lebih dari 1.5 gram garam per 100 gramnya, maka kadar garam pada produk tersebut tinggi. Namun jika kandungan yang tertera adalah 0.3 gram per 100 gram, dapat dikatakan bahwa kadar garamnya rendah," jelasnya. 


Hanya saja, kekurangannya adalah trik pemasaran bisa menipu konsumen. Seperti halnya garam Himalaya yang kini tengah gencar di pasaran. Anda bisa melihat sepintas di laman pencarian internet bahwa garam berwarna merah muda tersebut memiliki banyak manfaat dan memberikan impresi jika kita bisa membubuhkannya ke dalam setiap makanan yang kita santap. Nyatanya, klaim ini tak sepenuhnya benar dan pada akhirnya kitalah yang harus teliti terhadap asupan garam yang diproses tubuh.


"Sebagai gantinya, cobalah untuk menambahkan bumbu dan rempah ke dalam masakan Anda. Ada baiknya bila Anda lebih memperhatikan label makanan dan memilih makanan kaleng yang tidak mengandung garam tambahan, serta mengurangi konsumsi daging bakar dan cured meat," tambah Lily.


4. Minyak sayur

Pakar nutrisi dan penulis kesehatan di London, Cassandra Barns, memilih untuk menghilangkan minyak sayur sebagai bahan makanan yang sebaiknya tidak lagi digunakan. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah minyak goreng olahan yang terbuat dari biji bunga matahari dan biji anggur. Keduanya masih diklaim sebagai minyak masak dengan kandungan lemak jenuh yang lebih menyehatkan daripada yang lainnya. Akan tetapi, minyak tersebut akan membahayakan kesehatan dalam jangka waktu yang panjang.


Cassandra mengungkapkan alasan atas pendapatnya tersebut. Pertama, kandungan lemak tak jenuh ganda yang terdapat di dalamnya cukup mudah rusak bila terkena suhu tinggi. Bila tetap dikonsumsi, hal ini dapat menyebabkan masalah radikal bebas dan merusak tubuh. Minyak sayur dalam bentuk padat seperti margarin dan vegetable oil spread pun bahkan memiliki resiko yang lebih buruk, sebab proses pengolahannya dapat menghasilkan lemak trans yang bersifat merusak. Lemak trans diperkirakan dapat masuk ke dalam membran sel tubuh dan kemudian mengganti lemak-lemak sehat yang kita perlukan.
Alasan kedua adalah minyak sayur sangat tinggi akan lemak omega 6 dan memiliki kandungan omega 3 yang rendah. Meski omega 6 tidak berbahaya, namun bila mengonsumsinya terlalu banyak dengan omega 3 (yang biasa ditemukan dalam minyak ikan dan minyak biji rami) dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan peradangan dalam tubuh. Inflamasi yang berlebihan akan mengakibatkan penyakit kronis, mulai dari artritis, penyakit jantung, hingga asma.


Cassandra menyarankan bila minyak kelapa adalah alternatif yang baik dan ideal digunakan untuk memasak. "Minyak kelapa dibuat dari lemak jenuh yang tak akan berubah menjadi lemak jahat apabila dipanaskan. Anda dapat membeli minyak kelapa yang telah melalui proses de-odorised untuk menghilangkan bau dan rasa kelapanya," ujarnya. Ia juga menambahkan, ada baiknya bila Anda memasak tanpa menggunakan minyak, misalnya dengan mengukus atau memanggang, serta berhati-hati dengan makanan olahan atau processed food sebab minyak sayur merupakan komposisi utamanya.


Selain itu, minyak zaitun juga merupakan pilihan yang baik dan tergolong sebagai minyak yang sehat. Hanya saja, menurut Cassandra, sebaiknya minyak zaitun sebagai campuran dressing dipanaskan dalam suhu rendah atau bahkan tanpa dipanaskan terlebih dahulu.



5. Diet ketat dan mengurangi kebiasaan buruk

"Di tahun 2019, orang-orang sebaiknya mulai berhenti untuk melakukan diet ketat," ujar seorang pakar nutrisi, Gabriela Peacock.


Pendapat ini dikemukakan setelah ia memantau dampak dari diet yoyo. Menurutnya, membatasi asupan kalori secara ekstrem dapat menghidupkan survival mode pada tubuh kita. Metabolisme tubuh yang menurun akan membuat kita lebih sulit untuk mengurangi berat badan dan tubuh akan mengeluarkan zat neurotransmiter yang dapat meningkatkan nafsu makan.


Gabriela menyarankan bila sebaiknya kita tidak perlu menerapkan aturan-aturan ketat untuk membatasi apa yang kita makan. „Tahun ini, Anda perlu meningkatkan kualitas nutrisi dari menu santapan Anda dengan komposisi makanan sehat yang lengkap dan hindari diet ketat,“ tambahnya.


Selanjutnya, Charlotte Stirling-Reed menyebutkan bahwa hal yang perlu kita hindari di tahun yang baru tidak semata soal makanan, melainkan dengan mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk. Wanita yang bekerja sebagai konsultan nutrisi tersebut berpendapat bila diet cepat bukanlah hal yang perlu dilakukan. Diet ini tak akan bertahan lama, membuat kita berhenti menikmati makanan-makanan kesukaan sehingga kita sering dibuat merasa bersalah.


Charlotte mengatakan, "Anda sebaiknya fokus untuk mencoba mengonsumsi makanan sehat yang benar-benar dapat Anda nikmati selama diet. Selain itu, menumbuhkan pikiran positif dan tidak menghukum diri sendiri dengan batasan makanan dan latihan-latihan keras pun penting untuk dipertimbangkan. Kebiasaan buruk seperti ini bukanlah hal yang akan membawa Anda menuju hidup sehat."


(Penulis: Bridget March; Artikel ini disandur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Erlissa Florencia; Foto: Bazaar UK)