Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Sejarah 150 Tahun Harper's Bazaar

Berikut sepenggal kisah lahirnya majalah Harper's Bazaar 150 tahun silam.

Sejarah 150 Tahun Harper's Bazaar

Sebagai bentuk perayaan hari jadi Harper's Bazaar yang ke-150 tahun, tentu tidak ada salahnya untuk mengenang kembali awal mula berdirinya majalah fashion tertua di dunia ini.

"A repository of fashion, pleasure, and instruction". Itulah slogan yang digunakan untuk mendeskripsikan majalah Harper's Bazaar pada edisi perdananya yang terbit di tahun 1867. Perlu diketahui bahwa di awal kehadirannya, nama Bazaar hanya menggunakan satu huruf a saja menjadi Harper's Bazar. Nama Bazaar baru mulai digunakan pada tahun 1929.

Ide ini pertama kali dicetuskan oleh Fletcher Harper sebagai salah satu tokoh di balik perusahaan keluarga Harper & Brother, yang bergerak di bidang percetakan buku dan berbasis di New York. Fletcher terinspirasi oleh media asal Berlin, Jerman, bertajuk Der Bazar, yang menampilkan aneka artwork dan artikel yang mengulas berbagai topik, salah satunya fashion.

Sebelumnya, perusahaan Harper & Brother telah menerbitkan jurnal ilustrasi bertajuk Harper's New Monthly dan Harper's Weekly, yang menampilkan tulisan fiksi kontemporer serta artikel tentang kesenian, politik, dan sains.

Fletcher pun kemudian mempelajari bagaimana Der Bazar melakukan sindikasi ilustrasi dengan sejumlah publikasi lainnya, dan tertarik untuk mengadopsi pendekatan serupa. 

Pada saat yang bersamaan, periode Revolusi Industri di Amerika menelurkan kelompok masyarakat menengah ke atas, terutama kaum perempuan, yang ketika itu terobsesi dengan segala hal yang berbau Eropa. Fenomena ini menjadi urgensi bagi Fletcher untuk melansirkan media baru untuk memenuhi hasrat tersebut, dan lahirlah Harper's Bazar di tahun 1867.

Fletcher segera merekrut Mary Louise Booth sebagai editor Harper's Bazar pertama. Mary Louise Booth merupakan reporter perempuan pertama di The New York Times, dan dikenal sebagai penulis, jurnalis, serta penerjemah andal yang mahir berbahasa Perancis, Jerman, dan Latin.

Tak hanya itu saja, Mary Louise Booth juga aktif dalam gerakan feminisme dan salah satu tulisannya berhasil mendapatkan pujian dari Presiden Abraham Lincoln.

Edisi pertama Harper's Bazar terbit pada tanggal 2 November 1867. Artikel berjudul "Our Bazar" menggambarkan misi utama publikasi ini untuk menampilkan berbagai hal yang langka, eksklusif, dan termahal di dunia--seperti sutra, velvet, cashmere, parfum, dan batu permata. Intinya, segala hal yang memanjakan dan menyejukkan mata diulas di sana.

Sejak awal diterbitkannya Harper's Bazar, definisi fashion yang diangkat tak sekadar mencakup urusan pakaian saja. Selain membahas seputar tren bergaya maupun tata cara mengenakan dasi kupu-kupu dan menata rambut, hadir pula beragam cerpen dan puisi, serta artikel tentang keluarga, pekerjaan, dan serba-serbi kaum society.

Penulis legendaris seperti Charles Dickens, George Eliot, Henry James, dan Thomas Hardy, sempat menjadi penulis kontributor untuk Harper's Bazar. Emmeline Raymond, pendiri publikasi mode paling berpengaruh di Perancis, turut menjadi koresponden Harper's Bazar yang secara khusus menulis sebuah kolom tentang kehidupan glamor di Perancis.

Untuk melengkapi rubrik di Harper's Bazar, novelis James Payn berkontribusi menulis kolom "English Gossip", penulis George William Curtis mengupas tentang budaya dan kehidupan domestik dalam kolom berjudul "Manners Upon The Road", dan Mary Elizabeth Wilson Sherwood membahas seputar etika dan sopan santun dalam bersosialisasi.

Fletcher Harper menegaskan bahwa isu politik merupakan satu tema di luar pembahasan Harper's Bazar, karena pada dasarnya publikasi ini dihadirkan sebagai jendela dunia dalam kacamata yang menyenangkan. Ambisi sosial, materialisme, dan obsesi akan kekayaan dan status sosial, justru turut diangkat dan diolah menjadi tulisan satir yang menarik.

Dalam kamus Harper's Bazar, untuk menjadi individu yang fashionable, seseorang harus benar-benar memahami seluk-beluk budaya dan ide-ide yang tengah berkembang di saat itu, atau dengan kata lain memiliki pemikiran yang lebih maju.

Harper's Bazar menjadi salah satu publikasi mainstream yang mendorong gerakan penggunaan hak pilih kaum perempuan, sekaligus secara rutin menampilkan artikel yang membahas pentingnya mendapatkan edukasi dan kesempatan bekerja bagi perempuan.

Salah satu tulisan fiksi menarik yang ditampilkan di periode awal Harper's Bazar adalah dramatisasi seputar fashion yang terjadi di balik atelier rumah mode bergengsi.

Tulisan tersebut menggambarkan bagaimana ketika itu perancang busana dikelilingi oleh klien-kliennya yang terdiri atas perempuan dalam berbagai bentuk dan rupa. Mereka semua menyimak dengan seksama bagaimana sang perancang mengamati bentuk tubuh serta cara berbusana mereka, kemudian sang perancang akan memberikan pujian maupun kritik pedas pada mereka.

Kritik pedas yang dilontarkan oleh sang perancang pun menjadi masukan yang berarti bagi para pembaca untuk diterapkan ke dalam cara berbusana dan berpenampilan. Dikemas dalam sebuah tulisan fiktif yang menghibur, rubrik ini menjadi cikal-bakal artikel tip yang biasa Anda temukan di publikasi modern.

(Foto: archive Harper's Bazaar)