Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Perempuan Mengenakan Jam Tangan Mekanis, Mengapa Tidak?

Tahukah Anda bahwa jam tangan mekanis mampu mengembuskan sensasi empowering yang sama mantapnya dengan mengenakan power suit?

Perempuan Mengenakan Jam Tangan Mekanis, Mengapa Tidak?

Selama ini perempuan selalu diidentikkan dengan atribut fashion seperti tas mewah maupun perhiasan untuk menunjukkan posisinya di tengah kehidupan sosial. Sedangkan kaum pria cenderung menunjukkannya lewat jam tangan mekanis, yang nilainya pun tak kalah tinggi dengan tas luks bermaterial eksotis.

Ya, seperti itulah dikotomi gaya hidup antara kaum adam dan hawa yang telah langgeng di era modern ini. Akan tetapi, apakah hanya kaum pria yang “bisa” menunjukkan eksistensinya dengan seuntai jam tangan mekanis yang mewah?

Bertolak pada sejarahnya, arloji pertama kali dibuat justru untuk perempuan. Ia sengaja dirancang menyerupai perhiasan yang melingkar indah di pergelangan tangan. Selain berfungsi sebagai penunjuk waktu, jam tangan juga memiliki fungsi lain yang unik yakni agar perempuan dapat mengecek waktu secara subtil sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain yang ditemuinya.

Sejarah mencatat arloji tertua di dunia dimiliki oleh Ratu Inggris Elizabeth I yang dibuat oleh Robert Dudley pada tahun 1571, dan dari abad 16 hingga awal abad 20 hanya kaum perempuanlah yang mengenakan jam tangan.

Sejak era '70-an, jam tangan bermesin penggerak (atau yang dikenal dengan istilah quartz) mendominasi pasar luas, dan jam tangan mekanis pun lebih banyak diproduksi oleh label high-end yang mengedepankan sisi estetis serta apresiasi akan craftsmanship yang cakap.

Bergerak ke era modern, latar belakang pasar jam tangan pun seolah berbalik posisi. Kini watchmaker lebih fokus pada kaum pria sebagai target pasar utamanya dengan rangkaian desain dan teknologi yang kental akan nuansa maskulin.

Sedangkan jam tangan untuk kaum perempuan cenderung dihadirkan sebagai ornamen pelengkap semata. Hal ini dipengaruhi oleh fakta bahwa permintaan jam tangan mekanis untuk wanita memang tidak sebesar demand yang datang dari kaum pria.

Menurut Bazaar, tidak ada salahnya bagi perempuan untuk mengenakan jam tangan mekanis bergaya unisex atau bahkan jam tangan pria sekali pun. Terlebih dengan semakin maraknya semangat genderless style, mengenakan jam tangan berdesain maskulin akan tetap terlihat relevan dan bahkan mampu memberikan appeal tersendiri.

Bayangkan Anda mengenakan power suit beserta power shoes andalan, lalu disempurnakan dengan jam tangan mekanis berdesain unisex, tentu penampilan Anda akan terlihat lebih tegas dan mantap.

Komisioner 5àsec Indonesia sekaligus pengoleksi jam tangan mekanis pria, Shaskia Hakim, misalnya, mulai tertarik dan mengenakan men's mechanical watch sejak belia.

Perempuan yang menyebut Hublot, Patek Phillipe, dan Franc Muller sebagai label jam tangan favoritnya ini mengaku bahwa ia menyukai bagaimana desain arloji pria yang berukuran besar membawa impak tampilan yang gagah ketika dilingkarkan di pergelangan tangannya yang mungil. Jukstaposisi seperti inilah yang menjadikan jam tangan mekanis memiliki nilai tambah dalam segi estetika ketika dikenakan oleh perempuan.

Pengetahuan mengenai teknologi mekanis serta kerumitan craftsmanship dari sebuah jam tangan turut menjadi faktor lain yang menjadikan mechanical watch sebagai salah satu atribut untuk merayakan semangat kesetaraan gender yang kian ramai digencarkan.

Kendati mechanical knowledge acap kali diasosiasikan sebagai kecakapan yang mayoritas dimiliki oleh kaum pria, namun bukan berarti perempuan tidak bisa mempelajari dan memahaminya.

Pada dasarnya baik perempuan maupun pria memiliki kapasitas yang sama untuk menyelami segenap hal yang menjadi ketertarikannya, tak terkecuali jam tangan mekanis yang kerap dianggap rumit untuk dimengerti.

Berbekal dengan pemahaman akan komponen teknikal yang mumpuni, mengenakan jam tangan mekanis seraya menjadikannya tampak gender-neutral dapat menggaungkan antusiasme equality secara berkelas sekaligus menyuntikkan sensasi empowerment yang pasti bagi kaum perempuan—baik dengan maupun tanpa komplemen berlian pada bagian dial atau bazel-nya.

Namun Anda juga tak berarti harus serta-merta mengenakan arloji pria ekstra kokoh untuk turut mengaplikasikan gelora senada dalam penampilan Anda.

Label fashion legendaris seperti Chanel misalnya, melansirkan koleksi jam tangan wanita yang mengadaptasi teknologi jam tangan mekanis yang tak kalah canggih. Dengan koleksi jam tangan bertajuk Première Camélia Skeleton hingga Openwork Flying Tourbillon, Chanel mengaplikasikan keindahan detail mekanis khas jam tangan pria tanpa meninggalkan estetika feminin khas Chanel yang elegan.

Begitupula dengan Chopard yang tetap mengedepankan kualitas teknologi mekanisnya seraya menyajikan tampilan mewah dengan sentuhan feminin yang subtil.

Lagi-lagi, pada hakikatnya istilah maskulin dan feminin dalam segi desain hanyalah dikotomi yang memisahkan antara dua pasar sesuai dengan preferensi masing-masing.

Dengan keapikan teknologi yang disuguhkan oleh jam tangan mekanis, baik pria dan wanita dapat sama-sama merasa empowered ketika mengenakannya. Ini adalah definisi empowering luxury and technology yang sebenarnya.

 

(Foto: Rinal Wiratama. Model: Anastasia (Merry Models), Paula (Wynn Models). Makeup: Priscilla Rasjid. Busana: Toton. Jam tangan: Cartier. Layout: Ifni Isauria)