Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Pameran Seni Tunggal J. Ariadhitya Pramuhendra

Seniman asal Bandung yang kerap disapa Pramuhendra menampilkan karya-karya terbarunya di Can’s Gallery.

Pameran Seni Tunggal J. Ariadhitya Pramuhendra

Setelah beberapa saat tidak menggelar pameran tunggal, seniman asal Bandung, J. Ariadhitya Pramuhenadra memamerkan karyanya di Can’s Gallery yang bertempat di Tanah Abang, Jakarta hingga tanggal 22 Juni 2018 mendatang.

Karya seni seniman yang akrab disapa Pramuhendra ini memiliki karakter yang kuat sehingga Anda dapat dengan segera membedakannya dari lukisan seniman lain. Menggunakan arang sebagai alat utamanya melukis, seluruh lukisan realismenya dihadirkan dalam warna hitam-putih.


Night of Arrestment


Salah satu yang cukup distingtif juga adalah gambaran potret dirinya yang berada di sebagian besar lukisannya.

Berjudul Monster Chapter 1: Memory, pameran ini kembali mengandung tema religius, sebuah tema yang kerap ia eksplorasi dalam perjalanan artistiknya.


St. Luke


Tema ini sangat lekat dengan kehidupannya sehari-hari karena ia tumbuh besar dalam lingkungan keluarga beragama Katolik. 

Menurut catatan Can’s Gallery, Pramuhendra kerap menyaksikan ayahnya menggambar kembali patung Pieta pada buku gambar.

Sebuah imaji tubuh Yesus yang lunglai tak berdaya di atas pangkuan Bunda Maria. Gambar yang ternyata menjadi salah satu favoritnya ini direpresentasikan melalui lukisan dwimatra berukuran besar pada pameran ini.

Empty Heaven


Catatan Can’s Gallery kemudian menambahkan bahwa Pramuhendra kali ini mengadaptasi citra visual dari simbol-simbol Kekristenan yang ia ambil dari dunia maya.

Meski simbol-simbol ini mengandung narasi kebenaran seperti figur dalam sejarah, ke-Ilahi-an, yang tak terbahasakan, serta keimanan, juga dapat dilihat sebagai ageman atau pakaian.


After the Nails


Jika terlepas dari pemakainya, busana tersebut juga dapat dipandang sebagai sesuatu yang artistik. “Pada titik inilah intensi berkarya dengan tema religius Pramuhendra bergeser,” tambah catatan tersebut.

Ini juga yang membedakan pameran ini (meski dengan tema serupa), dengan pameran tunggalnya yang berjudul Last Supper satu dekade yang lalu.


Maria


Nama Pramuhendra sendiri mulai mencuri perhatian di kancah seni rupa internasional sejak delapan tahun yang lalu saat karya instalasinya yang berjudul Ashes to Ashes ditampilkan di Hong Kong Art Fair 2010.

Pameran tunggal ini dibuka pada tanggal 22 Mei lalu oleh Melani W. Setiawan (kolektor seni) dan Amalia Wirjono (kolektor dan pelaku seni).



(Foto: Dok. Can’s Gallery)