Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Agen Perubahan

Agen Perubahan

Real estate, pertambangan, hingga otomotif. Lala Gunaevy menerobos dunia bisnis pria yang penuh intrik. Bagaimanakah siasatnya?

Oleh Muhammad Aziz Fotografi oleh Evan Praditya


Tahun 2011 lalu, Lala Gunaevy dinobatkan sebagai salah 100 pengusaha wanita sukses di Indonesia versi salah satu majalah ekonomi terkemuka di Indonesia. “Senang bercampur kaget, karena keberadaan saya bersamaan dengan tokoh-tokoh bisnis wanita terkenal, dengan jam terbang lebih lama dan lebih banyak pengalamannya,“ komentar Lala secara jujur saat membuka percakapan kami.

Posisi wanita yang baru menginjak kepala tiga ini memang terbilang strategis. Saat ini dirinya menjabat sebagai CEO PT. Morokindo Jaya yang bergerak di bidang pertambangan mineral, mengemban jabatan President Director PT Dobla Jaya di bidang ekspor impor komoditas mineral, dan Vice President di perusahaan milik keluarga PT. Prabu Jaya Persada yang fokusnya di bidang properti. Lala juga sempat berkecimpung di perusahaan milik ayahnya selama beberapa tahun sebelum akhirnya terjun ke bisnis yang dilakoninya sekarang. Bisnis keluarganya sendiri bermula dari sang ayah yang menjadi pendiri PT. Metro Tiga Berlian Motors, distributor resmi mobil Mitsubishi di Indonesia. “Ayah saya mengajarkan banyak hal,” ungkapnya seputar cara beradaptasi dalam lingkungan pekerjaan yang didominasi kaum pria. “Paling penting adalah selalu bertanya serta belajar dari kesalahan yang pernah dibuat,” tambahnya.

Selain itu, peranan sang suami yang berkebangsaan Maroko dan Swiss dalam berbagi masalah pekerjaan serta motivasi yang didapatkan dari nasihat sang ibu turut membantu dalam melewati proses tekanan pekerjaan. “Berbagai kutipan kalimat positif juga dapat membuat kita melihat yang ‘tidak terlihat’ dan memberikan pengertian dan kebijaksanaan,” sambungnya lagi.

Keluarga dan Pendidikan
Pengaruh keluarga banyak memberikan inspirasi bagi Lala. Titik beratnya yakni pada ajaran untuk melakukan tindak nyata dalam mengejar kemauan daripada meminta, beradaptasi dalam berbagai situasi dan kondisi serta tidak melupakan ibadah agama. Di masa kecil dan remaja, tempaan kedisiplinan akan waktu menjadi konsumsi keseharian Lala, seperti berolah raga empat jam tiap hari. Sebagian pengalamannya ini didapatkannya dari pengalaman bersekolah di boarding school.

Masa pendidikan formal dilewati Lala di berbagai sekolah di Eropa. Nama-nama institusi pendidikan yang pernah dilewatinya adalah European School of Economics di London dan Milan, Le Rosey di Swiss, dan European Business School di London. Kesempatan tinggal di luar negeri diakui Lala membuatnya terlatih untuk mengandalkan diri sendiri daripada orang lain. “Kelebihan pendidikan di sana adalah mereka mengutamakan pelatihan untuk menyuarakan pendapat, mendengarkan serta menghargai orang lain,“ ujar Lala. “Saya terbiasa akan lingkungan dengan beragam teman dari berbagai negara, karakter, dan budaya, yang membuat saya menghargai perbedaan, menghormati dan tidak sembarang menilai orang,” tambahnya.

Tetap Cinta Indonesia
Walaupun sebagian riwayat hidupnya dihabiskan di Eropa dan memiliki suami berkewarganegaraan asing, Lala memilih kembali ke Indonesia. “Indonesia adalah negara dengan banyak kesempatan,” tulis Lala dalam salah satu situs resmi perusahaan miliknya. Secara singkat, dia menjabarkan berbagai kekayaan alam Indonesia mulai dari gas, minyak kelapa sawit, emas, hingga kayu. Di samping itu, “Keberadaan saya di negeri sendiri membantu mempertemukan suami dengan pihak-pihak yang berkepentingan,” ceritanya dalam melihat peluang serta prospek dalam negeri yang menjanjikan. Berbagai destinasi lokal juga menjadi favoritnya untuk berlibur, seperti ke vila keluarga di Mega Mendung, Bali, atau sekadar berkumpul dengan para sahabat. “Saya tidak pernah merasa terbebani kembali ke Indonesia, karena semua pengalaman hidup di luar negeri membuat saya memahami lebih baik akan kehidupan,” komentar Lala. “Setiap prosesnya membuat saya memiliki peningkatan akan kualitas diri saya,” sambungnya. Tentu saja, Lala tetap merasa perlu melakukan time off dari rutinitas dengan bersantai dan relaks bersama suami dan keluarga. “I put first things first in all matter between works and family, ” cerita Lala tentang caranya membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Baginya, setiap saat adalah waktu terbaik untuk memberikan perhatian dan dukungan penuh kepada suami dan keluarga. Hal ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda, tanpa bergantung pada metode khusus.

Wanita dan Pengaruh
Wanita ini termasuk pengagum berbagai tokoh wanita asal Inggris. Mulai dari Queen Elizabeth I yang memperjuangkan kedaulatan Inggris, Lady Diana yang sangat memperhatikan penduduk negara berkembang, serta Margareth Thatcher, the Iron Lady. Nama yang disebutkan terakhir bukan karena film ini baru saja dirilis, namun karena wanita ini tetap kokoh atas pendiriannya, walau banyak dikritik. Sedangkan tokoh wanita Indonesia yang dikaguminya adalah Sri Mulyani. “Dalam perjuangannya membawa Indonesia menjadi lebih baik, beliau mendapatkan pengakuan dari organisasi dunia serta mendapatkan kesempatan berkarya di dunia internasional,” begitu alasannya. Kini, kesempatan untuk wanita berkarier sangatlah luas dan banyak wanita memiliki posisi baik dan sukses dalam bisnis mereka. “Bagi saya, powerful business women adalah wanita-wanita yang berhasil membawa perubahan,” ujar Lala. “Perubahan yang membawa kaum wanita memiliki kesempatan, pengakuan, didengarkan pendapatnya, bahkan turut membawa keadaan menjadi lebih baik,” tambahnya lagi. Lala memutuskan memulai perubahan tersebut dari Tanah Airnya sendiri.