Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Personal Style Guy Bedarida

Personal Style Guy Bedarida

Karakter alam dan keunikan spesies senantiasa menjadi inspirasi baginya. Ria Iskandar bertemu dengan Creative Director dari brand John Hardy di kediamannya di Bali. Fotografi oleh Adrian Stephanus.


Kekuatan detail, tampilan eksotis, dan kekayaan material, semua kategori yang dibutuhkan untuk menjadi yang terdepan dimiliki lengkap oleh lini perhiasan yang berbasis di Bali ini. Nama John Hardy sendiri diambil dari nama pendiri merangkap desainernya saat itu. Walaupun lini perhiasan ini masih menggunakan nama yang sama dengan nama pendirinya, saat ini hak milik lini perhiasan John Hardy telah berpindah tangan ke Guy Bedarida dan Damien Demoncourt. Tepatnya pada tahun 1999 Guy bergabung dengan tim John Hardy sebagai Head Designer.

Ditemui tim Bazaar di kediamannya di Bali, Guy terlihat sangat antusias dan bersemangat. Hunian Guy bergaya tropis dan berlokasi di Seminyak. Dominasi material kayu dan arsitektur berkonsep terbuka seolah merefleksikan kepribadian Guy yang hangat. Bazaar menemukan berbagai sudut menarik di rumah tersebut.

“Sayang sekali hari ini hujan, padahal saya ingin sekali difoto saat sarapan di tempat outdoor.” Guy beberapa kali menyatakan dirinya sebagai 'pria yang suka sarapan' kepada Bazaar. Tampil kontras dengan kemeja hitam dan celana merah, Guy terlihat lincah berpose depan kamera. Selain itu, ia juga mengenakan gelang serta cincin koleksi terbaru dari John Hardy yang dinamakan Naga.

Seusai sesi pemotretan pertama, Guy tidak keberatan untuk mengganti pakaian dengan berbagai gaya. Misalnya saja untuk tampilan kasual, ia mengenakan setelan dari Lanvin dengan unsur motif serta kombinasi warna hitam dan putih, yang dipadukannya dengan celana panjang berwarna putih. Sesuai dengan aksesori interior di hunian Guy yang kebanyakan berasal dari pelosok Indonesia, Guy juga memiliki deretan koleksi pakaian batik dari berbagai daerah di Indonesia. "Corak batik sangat indah, saya amat menyukainya," jelasnya mengenai koleksi pakaian batik yang dimilikinya.

Sebelum ini, desainer lulusan Instituto Europe del Design di Roma dan Milan ini pernah bekerja di sejumlah lini perhiasan ternama. Sebut saja, Place Vendome, Boucheron dan Van Cleef and Arpels. “Saya terkejut saat mendapat telepon dari John Hardy untuk bekerja dengannya di Bali. Saat itu, tidak mungkin saya akan meninggalkan pekerjaan saya saat ini. Saya begitu mencintai segalanya,” Guy bercerita kepada Bazaar. Sampai suatu saat seorang teman menyarankan untuk pergi ke Bali untuk sekedar berlibur. Akhirnya, Guy pun menerima saran tersebut. Tetapi hal itu berubah saat temannya menganjurkan untuk menerima undangan ke Bali.

Ia jatuh cinta pada pulau tersebut bersamaan dengan jatuh cintanya akan John Hardy Compound. Keesokan paginya Guy mengundang Bazaar ke compound John Hardy yang berlokasi di Ubud, berjarak sekitar 90 menit perjalanan dari kediamannya. Arsitektur compound ini mengaplikasikan material bambu. Arsitektur bermaterial bambu ini pertama kali dicetuskan John Hardy saat mendirikan Green School yang juga terletak di Bali.

Seusai menyambut tim Bazaar di area main entrance, mengenakan setelan berpalet warna pastel, Guy menjelaskan seputar proses terciptanya perhiasan John Hardy. Ia mulai dari koleksi Bambu yang diakuinya amat komersil di Indonesia. Pria yang mengaku suka travelling ini, juga mengatakan saat mendesain ia kerap terinspirasi dari keindahan alam maupun detail arsitektur, misalnya saja desain kalung yang mengaplikasikan perulangan detail arsitektur ala Maroko. Dan di tahun ini, Guy kembali beraksi dengan koleksi John Hardy terbaru yang terinspirasi dari Naga.

Guy percaya bahwa koleksi Naga yang kerap dipakainya sehari-hari pasti akan mendapat sambutan baik dari para apresiator lokal maupun luar negeri. Identik dengan material perak, Guy kembali mendesain dengan material tersebut. Sesuai dengan kepribadiannya yang eksentrik, Guy banyak mengeksplorasi sisi bentuk dan tekstur.

Tekstur sisik dan kepala Naga didesain melingkar menjadi bentuk gelang, kalung serta cincin. Seusai menjelskan, Guy mengajak tim Bazaar untuk berkeliling di area compound. Sangat mengejutkan melihat hampir seluruh bagian proses pembuatan perhiasan dikerjakan oleh tangan manusia.

"Saya banyak memiliki tenaga ahli disini. Para penduduk pulau Bali sangat kreatif dan memiliki keahlian luar biasa. Saya terkejut," ujarnya sembari memperkenalkan beberapa pekerja di John Hardy terhadap tim Bazaar. Sikap ramah juga ditunjukkan Guy kepada para pekerja di compound. Rasa kekeluargaan tersebut dikatakan salah satu pekerja sebagai pemicu untuk bekerja dan menghasilkan karya terbaik dari setiap koleksi yang dihasilkan oleh John Hardy.